HARIAN DISWAY - Ramadan 1445 H ini punya momen-momen spesial yang bersejarah buat bangsa Indonesia. Yakni adanya pengumuman hasil Pilpres yang telah ditetapkan KPU pada 20 Maret 2024 lalu.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, proklamasi kita juga terjadi pada saat Ramadan. Tepatnya pada 9 Ramadan 1364, hari Jumat Legi.
Ini sebuah khasanah Ramadan 1445 H yang menarik karena bulan itu menandai hadirnya pemimpin baru Indonesia 2024-2029. Pemimpin yang dipersembahkan arus demokrasi saat dalam bulan yang mulia, Ramadan.
Menghormati hasil Pemilu 2024, ada baiknya kita semua berkenan menyampaikan ungkapan syukur atas kerawuhan presiden dan wakil presiden 2024-2029 terpilih: Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan (8): Ngabuburit dan Pendidikan Anak
Kehadiran mereka berdua yang menggantikan posisi Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin itu diumumkan bertepatan dengan Rabu Legi. Dalam transisi dari 9 menuju 10 Ramadan 1445 H.
Dalam perhitungan Jawa neptu Rabu Legi itu secara kuantitatif akumulasi dari 7 + 5. Sehingga jika dijumlahkan total berangka 12. Spirit Rabu Legi berkarakter kuat, penuh tanggung jawab, tetapi harus disertai checks and balances yang memadai.
Masih dalam suasana Ramadan, pada Rabu, 20 Maret 2024 lalu, KPU RI resmi mengumumkan hasil rekapitulasi suara Pemilu 2024 dari 36 provinsi dan luar negeri. --
Kehadiran pemimpin baru tentu selalu disambut berkeniscayaan ada new hope. Bagi saya sebagai akademisi maupun pengabdi di MUI Jawa Timur yang membidangi aspek lingkungan, memiliki cita-cita agar pemimpin baru ini berjiwa ekologis yang kuat.
Tepatnya masuk ke dalam rohani ecological leadership. Inilah komitmen dasar yang berorientasi ekologis yang telah disorongkan sejak 5 Juni 1972 dalam United Nations Conference on The Human Environment, di Stockholm, Swedia.
Publik tahu bahwa masyarakat global memang selalu menggelorakan kesadaran kolektif mengenai kondisi lingkungan. Untuk itulah para kontestan Pemilu 2024 harus ditempatkan dalam koridor pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang berbasis tiga pilar keseimbangan: ekonomi, sosial dan lingkungan.
Khalayak pun memahami mengapa dunia mengambil prakarsa menyatukan langkah melindungi eksosistem dengan menghadirkan green leadership yang mampu menyusun road map pembangunan berkelanjutan?
Gampang. Banjir di Demak dan berbagai daerah serta gempa yang baru saja terjadi di Tuban dan Bawean yang dampaknya sampai Surabaya adalah realitas yang harus direspons serius. Lebih-lebih oleh pemimpin baru.
Fakta terhelatnya kerusakan ekosistem hutan, meluasnya lahan kritis, terjadinya konversi kawasan konservasi, meluasnya pencemaran sungai, meningkatnya permukaan air laut, dan semua tabiat menyimpangi tata ruang dengan tampilan yang liar, dan vulgar, sesungguhnya sudah cukup untuk menyatakan bahwa dampak buruk krisis ekologis ini membutuhkan solusi tanpa henti.
Momen pemimpin nasional baru harus digunakan untuk merakit penyelenggaraan negara dalam semangat go-green. Episode yang berbasis lingkungan merupakan episentrum dalam setiap lini kehidupan politik.