Sepatu Bata Tinggal Cerita

Senin 06-05-2024,11:00 WIB
Reporter : Magdalena Asri
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Pada Selasa, 30 April 2024, produsen sepatu terkemuka, Bata, membuat keputusan drastis untuk menghentikan operasional pabrik sepatu mereka di Purwakarta, Jawa Barat. Keputusan ini tidak datang begitu saja. Tetapi merupakan hasil dari evaluasi menyeluruh dan tantangan yang dihadapi industri alas kaki nasional. Mari kita telusuri lebih jauh tentang sejarah perjalanan pabrik sepatu Bata di Purwakarta serta faktor-faktor yang mengarah pada penutupannya.

Sejarah Perjalanan Bata di Indonesia

Sejarah Bata di Indonesia dimulai sejak tahun 1931. 14 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia. Meskipun sering dianggap sebagai produk asli Indonesia, Bata berasal dari Republik Ceko. Pendirinya, Tomas Bata, merupakan seorang pengusaha yang dijuluki Raja Sepatu. 

Kolaborasi antara Bata dan NV, Netherlandsch-Indisch pada tahun 1931 membawa merek ini ke Indonesia dengan NV bertindak sebagai importir sepatu di Tanjung Priok, Jakarta. Pada tahun 1937, Tomas Bata mendirikan pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di Kalibata, Jakarta Selatan yang menjadi awal dari produksi sepatu Bata di Indonesia. 

Setelahnya, pada tahun 1982, PT. Sepatu Bata, Tbk terdaftar di Jakarta Stock Exchange, menandai langkah besar dalam ekspansi Bata di Indonesia. Konstruksi pabrik sepatu Bata di Purwakarta dimulai pada tahun 1994, menegaskan komitmen Bata dalam memperkuat kehadirannya di Indonesia.

BACA JUGA:5 Tips Memilih Sepatu Nyaman dan Sehat

BACA JUGA:Tak Bisa Beli Sepatu Docmart? Ada 5 Pilihan Sepatu Merek Lokal yang Oke Setara Docmart

Penutupan Pabrik Bata Purwakarta

Menurut Corporate Secretary Sepatu Bata TBK, Hatta Tutuko, penurunan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang diproduksi di pabrik tersebut menjadi faktor utama di balik keputusan tersebut. Pabrik tersebut juga menghadapi masalah kapasitas produksi yang jauh melebihi pasokan berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia. 

Peningkatan rugi bersih yang signifikan yang dialami Bata. Mencapai 79,65% YoY menjadi Rp 190,29 miliar pada tahun 2023, juga menjadi pertimbangan serius. Berbagai upaya telah dilakukan selama empat tahun terakhir untuk mengatasi kerugian ini, tetapi tantangan dari pandemi COVID-19 dan perubahan perilaku konsumen yang cepat menambah kompleksitas situasi.


Grafis penjualan sepatu Bata 2023.-Dokumen PT Sepatu Bata- 

Dampak penutupan pabrik Bata di Purwakarta bukan hanya terbatas pada perusahaan itu sendiri, tetapi juga mencakup dampak sosial dan ekonomi. Sebanyak 366 karyawan kehilangan pekerjaan mereka. Ini akan menambah angka pengangguran di tengah-tengah kondisi ekonomi yang sudah sulit akibat pandemi. Selain itu, penutupan pabrik ini juga berdampak pada harga saham BATA yang mengalami penurunan signifikan sejak pertengahan tahun 2023.

Tantangan Industri Alas Kaki Nasional

Penutupan pabrik Bata tidak hanya mencerminkan kondisi perusahaan itu sendiri, tetapi juga memberikan gambaran yang lebih luas tentang tantangan yang dihadapi oleh industri alas kaki nasional. Asosiasi Alas Kaki Indonesia (Aprisindo) menyatakan bahwa industri ini belum pulih sepenuhnya sejak pandemi COVID-19. Tantangan ini diperparah oleh dinamika perekonomian global yang mempengaruhi pasar lokal. Selain itu, perubahan perilaku konsumen yang cepat, ditandai dengan penurunan penjualan beberapa merek lokal di segmen pasar kelas menengah dan bawah, juga turut memengaruhi industri alas kaki. Dalam menghadapi tantangan ini, produsen sepatu seperti Bata dihadapkan pada tekanan untuk beradaptasi dan mengubah strategi mereka agar tetap relevan dan berkelanjutan di pasar yang terus berubah.

BACA JUGA:Gabungkan Kenyamanan dan Keindahan, Brand Sepatu VAIA Hadir dalam Shopee 3.3 Grand Fashion Sale

Kategori :