HARIAN DISWAY - Fase iklim hangat El Nino sekarang keadaannya sudah berstatus netral. Tapi giliran La Nina yang akan segera muncul.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan dalam ikhtisar cuaca harian 19-21 Mei 2024, indeks NINO 3.4 nilainya +0.45 selama dalam zona utama pemantauan El Nino. "Tidak signifikan terhadap peningkatan hujan di wilayah Indonesia (Netral)," tulis BMKG.
El Nino dan La Nina masih menjadi bagian dalam El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yakni pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur.
Ketika suhu mencapai +0,5 derajat Celsius atau lebih, El Nino dianggap muncul, sedangkan jika suhu turun di bawah -0,5 derajat Celsius, La Nina akan terjadi.
BACA JUGA:El Nino Berakhir April, Segera Digantikan La Nina Pada Paruh Akhir 2024
BACA JUGA:Sampai Kapan El Nino Berlangsung? Ini Penjelasan BMKG Beserta Dampaknya pada Ketahanan Pangan
Di antara kedua kondisi tersebut, status ENSO dikategorikan sebagai netral.
Menurut Badan Meteorologi Australia (BoM) dalam ENSO Outlook, saat ini indikator atmosfer dan samudera berada dalam fase netral ENSO.
Bahkan BoM juga menyatakan bahwa Outlook ENSO saat ini berada pada "La Nina Watch," menandakan kemungkinan terbentuknya La Nina pada tahun 2024 di Samudera Pasifik.
BoM mengungkapkan bahwa peluang terjadinya La Nina di musim mendatang semakin besar.
Berdasarkan data historis, kejadian La Nina diperkirakan memiliki probabilitas sekitar 50 persen.
BACA JUGA:El Nino Bikin Musim Hujan di Surabaya Telat, Ini Penjelasan BMKG Tanjung Perak
BACA JUGA:BMKG Prediksi Kemarau Panjang Akibat Badai El Nino Berlangsung hingga Awal 2024
Kriteria yang mendukung kemungkinan munculnya La Nina antara lain adalah fase ENSO netral atau penurunan El Nino, karakteristik La Nina dalam empat dari 10 tahun pengamatan Indeks Osilasi Selatan (SOI), serta adanya pendinginan signifikan di bawah permukaan Samudera Pasifik khatulistiwa bagian barat atau tengah.
Faktor lain yang mendukung potensi terjadinya La Nina adalah hasil survei dari sebagian besar model iklim, yang menunjukkan adanya pendinginan yang berkelanjutan hingga 0,8 derajat Celsius di bawah rata-rata di wilayah NINO3 atau NINO3.4 di Samudera Pasifik pada akhir musim dingin atau awal musim semi.