Jason Putera Hendrata, siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Surabaya, berhasil meraih juara 2 dalam Lomba Peneliti Pelajar Surabaya (LPPS) 2024 bidang Komputer. Tongkat Tuna Netra Cerdas dengan Sensor Low Cost yang diciptakannya lahir dari pengalaman masa kecil Jason saat melihat seorang anak tunanetra menggunakan tongkat.
Jason kecil terpaku saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Anak asisten rumah tangga (ART) yang bekerja di rumah orang tuanya adalah penyandang tuna netra.
Anak itu selalu menggunakan tongkat untuk membantunya beraktivitas. Usianya masih kecil, di bawah Jason.
Meskipun masih bocah, Jason kecil memperhatikan banyak hal. Awalnya dia hanya diam, namun bibit empatinya terus tumbuh. Entah bagaimana, momen itu terus melekat di benaknya hingga dia remaja.
Beberapa tahun kemudian, putra pasangan Kolonel Laut (K) dr. Ariyo Sakso Bintoro dan dr. Vanda Yuanita Nasution itu berinovasi.
Jason kini sudah kelas 8 di SMP Negeri 1 Surabaya. Terinspirasi dari pengalaman masa kecilnya, dia menciptakan Tongkat Tuna Netra Cerdas dengan Sensor Low Cost.
Karyanya berhasil meraih juara 2 dalam Lomba Peneliti Pelajar Surabaya (LPPS) 2024 pada Bidang Komputer. Lomba tersebut diadakan pada 14-16 Mei 2024 di Balai Pemuda Surabaya.
BACA JUGA:Tingkatkan Pendapatan Nelayan, Pemkot Surabaya BantuAlat Tangkap Ikan di Kenjeran dan Tambak Wedi
BACA JUGA:Tak Bayar Retribusi dan Kosong, 40 Unit Rusunawa Romokalisari Disegel
Saat menjelaskan karyanya kepada Harian Disway, Jason masih mengenakan seragam putih biru dongker di teras depan rumahnya di Kecamatan Wiyung Surabaya.
Cuaca Surabaya saat itu panas menyengat, mencapai 33 derajat Celcius. Namun, penjelasan Jason atas karyanya justru membuat suasana menjadi adem.
Jason Putera Hendrata berhasil menyabet juara 2 dalam Lomba Peneliti Pelajar Surabaya (LPPS) Tahun 2024 pada Bidang Komputer-Wulan Yanuarwati -Harian Disway
Tutur katanya begitu sopan namun berisi. Dia tidak canggung dan mantap berbicara dengan awak media.
Cara Jason menjelaskan tongkat cerdas itu dengan detail dan lugas, membuat siapapun yang melihatnya akan kagum.
Tongkat cerdas ini masih dalam tahap prototipe. Pelajar berusia 13 tahun ini tak berhenti berempati.
Jika ada kesempatan, dia ingin karyanya diproduksi dan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.