Balon dan Lampion Marakkan Waisak Majapahit 2024 di Mojokerto

Jumat 24-05-2024,11:20 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Menyambut Waisak 2568 Buddhist Era (BE), lintas-komunitas dan lembaga sosial-masyarakat di Mojokerto menggelar Festival Lampion Balon Waisak Majapahit 2024. Event tersebut mengusung semangat toleransi dalam keberagaman.

PANGGUNG berhias gapura bentar berdiri di depan Tugu Proklamasi Alun-Alun Mojokerto. Di sampingnya ada altar Buddha dengan rupang putih. 

Aroma harum semerbak. Asap membubung, mengitari ruang terbuka sebelah utara alun-alun tersebut.

BACA JUGA:Perayaan Hari Raya Waisak di Wihara BDC Surabaya, Umat Berharap Indonesia Damai Usai Pemilu 2024

Ratusan umat Buddha, pejabat, para tokoh, dan umat lintas-agama berkumpul dalam acara Festival Lampion Balon Waisak Majapahit 2024, pada 23 Mei 2024. 

Acara tersebut digelar oleh Pemkot Mojokerto bersama lintas-komunitas dan lembaga. Mengusung tema: Keharmonisan merupakan Pedoman Hidup Berdampingan dalam Kebahagiaan.

“Toleransi dalam keberagaman adalah spirit acara ini. Sesuai dengan ajaran adi luhung Sutasoma: Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Darmanto Anam Muliawan, ketua panitia acara.


Festival lampion bulan Waisak Majapahit 2024 di Mojokerto. Ki Purwanto memimpin para pembawa relik dan delapan sesaji dalam Festival lampion Waisak Majapahit, 23 Mei 2024.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Semboyan nasional itu lahir di Mojokerto. Tepatnya pada era Majapahit. Ditulis oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma

“Mpu Tantular merupakan pandita Buddha terkemuka pada era Majapahit. Saat itu toleransi sudah berjalan baik. Toleransi itulah yang harus ditanamkan sampai saat ini,” ungkap pria 42 tahun itu.

BACA JUGA:Mengenal Hari Raya Waisak dan Perayaannya di Indonesia

Acara tersebut dibuka dengan pementasan barongsai dan liong-liong. Dibawakan oleh komunitas barongsai dari TITD Hap Thian Kiong Mojosari.

Salah satu bagian dari acara tersebut adalah prosesi melinggihkan relik di atas altar Buddha. 

Para pembawa benda-benda suci berjajar di tengah-tengah. Dipimpin oleh Ki Purwanto dari Yayasan Purwa Sura Adi Luhung Nusantara. Yakni, yayasan penghayat kepercayaan yang berlokasi di Mojokerto.

Tujuh pandita Buddha beranjak ke depan altar. Menerima satu per satu sajian dan benda-benda suci tersebut, kemudian diletakkan di samping rupang Buddha.

Setelah itu ketujuh pandita duduk di panggung kecil samping altar. Mereka membabarkan dharma, dipimpin oleh Pandita Nyanasila Thera.

Kategori :