SURABAYA, HARIAN DISWAY - Buku Ratu Adil: Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik merangkum kisah perlawanan wong cilik (rakyat kecil, rakyat jelata, Red) yang ditulis wartawan senior cum budayawan Sindhunata.
Karya ini merupakan terjemahan disertasinya Hoffen auf den Ratu Adil, Das eschatologische Motiv des “Gerechten König” im Bauernprotest auf Java während des 19. und zu Beginn des 20. Jahrhundert. Disertasi ditulis sekitar 30 tahun yang lalu saat Romo Sindu, panggilannya, kuliah di Munchen Jerman.
Buku ini memiliki literatur penting yang menggali sejarah panjang perlawanan wong cilik yang terabaikan pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Buku ini merangkum kebisuan wong cilik dan harapan yang terus hidup tapi terpendam jauh.
BACA JUGA:Buku Sumpah Kabut Kota Karya A Junianto: Kota itu Utari
Dipaparkan sejarah perlawanan rakyat kecil terhadap kolonialisme. Di antaranya Perang Jawa, perlawanan Kyai Kasan Mukmin, gerakan Samin, perlawanan Sarekat Islam hingga Kekristenan.
Di tengah ketidakberdayaan dan kesengsaraan wong cilik, Ratu Adil atau dikenal juga sebagai Satrio Piningit dihadirkan. Ia merupakan tokoh dalam mitologi Jawa yang dipercaya bakal membawa keadilan dan kesejahteraan. Terutama pada masa-masa sulit dan penuh penderitaan.
Harapan atas kemenangan dalam pemberontakan itulah yang kemudian menghidupkan kembali Ratu Adil. Meski begitu, perlawanan wong cilik seakan tak pernah usai. Sejak jaman dahulu, hingga saat ini.
BACA JUGA:Dialog Hari Pancasila, Cucu Presiden Soekarno Peringatkan Bahaya Amnesia Sejarah
Karya ini juga menampilkan potongan-potongan sejarah yang divisualkan melalui kanvas oleh seniman asal Yogyakarta Budi Haryono atau yang dikenal dengan Budi Ubrux. Setidaknya ada lebih dari 50 lukisan yang merepresentasikan perlawanan wong cilik. Dilukis secara memukau oleh seniman yang dikenal dengan lukisan koran.
Budi Ubrux piawai sekali dalam menggambarkan wong cilik pada cover buku ini. Ya, cover ayam jago yang menjadi simbol kuat dalam politik ala wong cilik. Memang, wong cilik seakan tak pernah punya ruang berekspresi dan kerap hanya bisa melakukan perlawanan simbolis.
Salah satunya ialah perlawanan simbolik dan protes terhadap kolonialisme melalui sabung ayam jago. Kalah dan menang dalam sabung ayam jago bak medan perang.
Budi Ubrux pada slide yang ditampilkan saat Bedah Buku Ratu Adil: Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik di Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Kamis, 6 Juni 2024.-Teddy Insani-Harian Disway
BACA JUGA:Pameran Karya Aksara Jawa Kuna Nawasena Interpretasikan Sejarah Lampau
Romo Sindu mengatakan, buku dilatarbelakangi oleh pengalaman sebagai seorang wartawan muda pada pertengahan tahun 1970-an. Ia banyak sekali berinteraksi dengan wong cilik dalam segala aspeknya.
"Ketika saya menulis disertasi, hal itu mengoda. Bagaimana kamu mempertanggungjawabkan pengalamanmu ini secara ilmiah. Jadi itu yang bergulat dalam diri saya," ujar Romo Sindu pada Bedah Buku Ratu Adil: Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik di Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Kamis, 6 Juni 2024.