Pameran Karya Aksara Jawa Kuna Nawasena Interpretasikan Sejarah Lampau

Pameran Karya Aksara Jawa Kuna Nawasena Interpretasikan Sejarah Lampau

Pameran karya aksara Jawa Kuna Nawasena. Suasana pameran aksara Jawa Kuna Nawasena, ketika dibuka pada 4 Mei 2024.-M Azizi Yofiansyah-HARIAN DISWAY

SIDOARJO, HARIAN DISWAY - Program Nawasena melibatkan banyak masyarakat umum dan seniman. Belajar aksara Jawa Kuna, kemudian menginterpretasikannya dalam karya seni rupa. Dipamerkan di Rumah Budaya Malik Ibrahim SIDOARJO.

Jari-jemari Shafi Rahman menata beberapa lontar di meja bundar. Ditata berjajar membentuk lingkaran. Setiap lontar memiliki satu huruf dalam aksara Jawa Kuna. 

Penulisannya dibuat bertingkat. Sisi paling atas adalah bentuk aksara Jawa Kuna. Sisi berikutnya adalah keterangannya dalam huruf latin. Di bawahnya lagi penggunaan huruf tersebut, dan di sisi paling bawah lagi adalah terjemahannya.

BACA JUGA: Mooi Indie dalam Pameran Lukisan Djitoe Memberi Kebaruan Perspektif


Pameran karya aksara Jawa Kuna Nawasena. Fakhita Madury (kanan) menjelaskan tentang karyanya pada seorang pengunjung. Fakhita mengangkat sosok Arya Wiraraja dalam karyanya berjudul Membawa Kembali Arya Wiraraja ke Sumenep-M Azizi Yofiansyah-HARIAN DISWAY

Seperti satu lontar yang diambilnya. “Ini huruf ‘O’. Salah satu huruf vokal dalam bahasa Jawa Kuna. ‘O’ bisa digunakan untuk kata ostha. Artinya ‘bibir’,” jelasnya. 

Huruf vokal yang lain adalah ta. Bisa digunakan untuk kata taru, yang artinya “pohon”. Lembaran-lembaran lontar karya Shafi merupakan flash card. Yakni kartu untuk panduan belajar mengeja dan membaca huruf atau angka.

“Flash card Jawa Kuna ini memudahkan para pemula untuk belajar bahasa Jawa Kuna,” ungkap perempuan 16 tahun itu. Shafi merupakan seorang dari 15 perupa yang berpameran di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo.

Tajuk pamerannya Nawasena, sesuai program Nawasena yang mereka ikuti. Yakni pembelajaran bahasa dan aksara Jawa Kuna. Kegiatan belajar-mengajar itu rutin diadakan setiap hari Minggu, di Museum Mpu Tantular Sidoarjo.

BACA JUGA:Pameran Pesona Jawa Timur oleh Anak Sanggar Merak Ati Surabaya Buktikan bahwa Setiap Anak adalah Seniman

“Sudah berjalan hampir satu tahun. Kalau saya baru bergabung pada Februari tahun ini. Ingin ikut melestarikan aksara yang digunakan nenek moyang,” kata siswi MAN Kota Surabaya itu.

Selain belajar aksara Jawa, para peserta juga diajak melakukan riset ke berbagai candi dan prasasti. Bahkan diajarkan cara mengukir aksara Jawa Kuna di atas daun lontar kering. Seperti dilakukan Shafi.

“Tradisi menulis di atas lontar ini sudah sangat jarang. Melalui Nawasena, saya ingin melestarikannya kembali,” ungkapnya. Kemudian dia menceritakan tentang proses pengukiran aksara Jawa Kuna tersebut di atas lontar. Yakni menggunakan pisau kecil yang disebut pangrupak.


Pameran karya aksara Jawa Kuna Nawasena. Shafi Rahman (kiri) menjelaskan tentang karya aksara Jawa Kuna miliknya yang digurat di atas lembaran-lembaran daun lontar.-M Azizi Yofiansyah-HARIAN DISWAY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway