Budi Pradono, Artsubs 2025, dan Perjalanan ke Surabaya

ILUSTRASI Budi Pradono, Artsubs 2025, dan Perjalanan ke Surabaya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
SEBUAH perhelatan raksasa seni rupa sedang disambut yang kedua di Surabaya. Sementara itu, pertanyaan selalu timbul, apakah seni ditantang bertumbuh seia sekata antara wacana dan konteksnya dengan sejarah dan situs khusus selain industri?
Ingatan tentang gelaran Artsubs setahun lalu di Surabaya terantuk pada salah satu karya yang cukup kuat, sesuai dengan judulnya, menguarkan sesuatu yang reflektif: perjalanan.
Menurut penulis, karya instalatif meruang secara penuh itu bagai labirin psikis sekaligus fisik. Yang apresian seni akan digiring dalam lorong enigma yang ditoreh di sekujur dinding-dindingnya dengan huruf-huruf kuno Ibrani.
BACA JUGA:ARTSUBS 2025, Wamen Giring Dukung Aspirasi Seniman untuk Hadirkan Museum Seni di Surabaya
BACA JUGA:ARTSUBS 2025 di Surabaya, Pameran Seni Kontemporer dan Ruang Refleksi Dunia Pasca Industri
Coretan-coretan stensil abstraktif-primitif serta jalur fasad penuh kerikil dan objek-objek terserak di sepanjang jalan karya tersebut.
Cahaya yang muram menggedor batin, membawa benak pada penjelasan samar bahwa betapa pentingnya membaca masa lalu, konstelasi situs geografis serta bersatunya rasa dan nalar sekaligus pada sebuah helatan pameran besar.
Kolaborasi arsitek cum seniman Budi Pradono dan perupa stensil Farhan Siki memanfaatkan sebuah lorong yang menghubungkan zona-zona terstruktur yang menampilkan karya-karya ratusan seniman.
BACA JUGA:ARTSUBS 2025 Siap Guncang Surabaya, Ratusan Seniman Sajikan Ragam Material dan Teknologi Baru
BACA JUGA:ARTSUBS 2025, Merayakan Material Ways di Tengah Ledakan Konsumsi dan Teknologi
Yang dikatakan kurator pameran Asmudjo Jono Irianto, Artsubs 2024 sebagai hajatan seni kontemporer yang membuat ikhtiar ”pemetaan” tentang progresivitas seni di Surabaya, dan tentunya geliat seni di Jawa Timur.
Budi Pradono, sebagai arsitek, tentu piawai membaca ”ruang semesta riil’, tak lagi menyoal imaji ruang-ruang representasional di ajang situs pameran saja. Penulis sempat menyaksikan karya arsitekturalnya Omah Tanah di kawasan Geopark Global Ciletuh, Pelabuhan Ratu, yang diakui UNESCO.
Hunian yang dibangun tak jauh dari Wihara Dewi Kwan Im –yang berjarak juga beberapa kilometer dari lukisan repro tentang Nyi Roro Kidul karya Basoeki Abdullah di hotel Samudera Beach, mempertemukan gambaran teks visual dan konteksnya dengan lokasi, sejarah, dan perspektif kultural.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: