Amad; Kisah Veteran dan Memori Satu Abad (2): Diangkut Jadi Tentara karena Bertubuh Besar

Senin 17-06-2024,16:04 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

Jika tidak ikut militer Jepang, maka Amad akan hidup susah. Karena pendudukan Jepang justru lebih parah daripada masa pendudukan Belanda. Semua hasil bumi diangkut. Rakyat biasa dipaksa kerja paksa dalam sistem romusha. 


Amad; kisah veteran dan memori satu abad (2). Amad mengunjungi kantor Harian Disway untuk menceritakan kisah hidupnya.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

"Setidaknya bisa makan dan dapat ilmu tentang ketentaraan," ujar pria 102 tahun itu. Kemudian menambahkan, "Tapi yo ngono... Bendinoe latiane abot. Nuemen (Setiap hari diberi porsi latihan yang berat. Sangat berat, Red)," katanya.

Ia kemudian memeragakan gerakan memukul lonceng dengan kedua tangannya. "Teng-teng-teng. Itu namanya tenko. Pokoknya orang Jepang menyebut bunyi lonceng itu tenko. Kalau tenko sudah berbunyi, langsung bersiap. Budal playon (berangkat lari, Red)," ujarnya.

Latihan lari itu disebut kekias. "Entah tulisannya bagaimana. Pokoknya disebut kekias. Latihan lari setiap jam 3 pagi. Rutenya dari Balongbendo sampai Krian, Sidoarjo," ungkapnya. Selain itu ia juga mendapat porsi latihan baris-berbaris, menggunakan senjata, dan latihan menembak.

"Kalau latihan senjata, salah satunya menggunakan pedang kayu. Kemudian berlatih berkelahi menggunakan tongkat. Macam-macam," ujar ayah 12 anak itu. Serdadu Heiho dipersiapkan sebagai pasukan bala bantuan tentara Jepang. 

Namun, sebelum mereka difungsikan di medan tempur, Jepang kalah oleh Sekutu. Yakni pada tahun 1945. Tak lama, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. 

"Kami mengumpulkan semua senjata di gedung Don Bosco di Jalan Tidar. Jepang pun mengumumkan bahwa mereka akan kembali ke tanah airnya. Kami bebas tugas," ujarnya.

BACA JUGA:Sejarah Hari Laut Sedunia 8 Juni dan Cara Merayakannya

Amad masih ingat. Tentara Heiho, PETA, dan organisasi kemiliteran bentukan Jepang yang lain mengiring kepergian serdadu Nippon itu di Pelabuhan Tanjung Perak. Mereka semua tetap dalam posisi siap ala militer. Di tepi pelabuhan, semua menyaksikan kapal pengangkut Jepang pergi berlayar.

"Praktis, Heiho dibubarkan. Kami melebur dengan Badan Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI. Ada juga yang bergabung dengan kesatuan-kesatuan rakyat. Beberapa di antaranya memilih melanjutkan hidup di luar kemiliteran," kenangnya.

Jepang pergi, Indonesia merdeka. Bukan berarti keadaan sudah aman. Sekutu dibonceng NICA datang kembali ke tanah Nusantara. Amad pun terlibat langsung dalam pertempuran besar, yang oleh Sekutu disebut sebagai Hell from Surabaya. (Guruh Dimas Nugraha)

*Menyiapkan tangga untuk merobek bendera di Hotel Yamato, baca seri selanjutnya...

Kategori :