Amad; Kisah Veteran dan Memori Satu Abad (2): Diangkut Jadi Tentara karena Bertubuh Besar

Senin 17-06-2024,16:04 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Masa remaja Amad dihabiskan dengan pendidikan militer dan terlibat dalam pertempuran-pertempuran. Ia mengingat masa pendudukan Jepang. Tentara Nippon itu memilihnya sebagai tentara dan dimasukkan dalam Heiho. Ia menjalani latihan yang keras dan disiplin.

Dari berbagai pemberitaan, termasuk di radio-radio lokal, Amad mendengar kedatangan Jepang ke tanah Jawa. Dimulai sejak 28 Februari 1942. Kala itu usianya masih 20 tahun. Belanda, penguasa sebelumnya, sudah menyerah tanpa syarat.

Ia pun ingat bahwa pada suatu siang, konvoi kendaraan militer Jepang masuk ke berbagai pedesaan. Termasuk ke kawasan kediamannya di Tarik, Sidoarjo. Para serdadu Jepang menghampiri tiap rumah. Memilih para pemuda. Terutama mereka yang bertubuh besar dan tegap.

BACA JUGA:Amnesia Sejarah dan Pentingnya Arsip

"Saya termasuk pemuda yang diangkut. Dulu badan saya besar. Pokoknya yang besar-besar begitu yang dibawa. Yoopo gak gede, uripku biyen keras. Opo maneh aku turunan Arab-Tionghoa. Awakku jelas gede (Bagaimana tubuhku tidak besar. Hidupku dulu keras. Apalagi aku keturunan Arab-Tionghoa. Badanku jelas besar, Red)," ujarnya.

Ia bersama pemuda-pemuda lain dibawa dengan truk militer. Ratusan orang. Mereka diturunkan di gedung Pabrik Gula Balongbendo, Sidoarjo. Di situ mereka berjumpa dengan ratusan pemuda lain yang dibariskan dalam beberapa kelompok. 

Para pemuda itu berasal dari berbagai daerah. Seperti Surabaya, Jombang, Mojokerto, Madiun dan lain-lain. Komandan militer Jepang mengidentifikasi mereka satu per satu. 

Para pemuda yang berpendidikan dimasukkan dalam tentara Pembela Tanah Air (PETA). Sedangkan yang tidak, dimasukkan dalam Heiho.


Amad; kisah veteran dan memori satu abad (2). Naik kendaraan tempur. Amad menunjukkan jiwa muda saat acara Surabaya Juang 2023.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Pemenang Surabaya Tourism Award 2024 (16): Wisata Kampung Pecinan Unggul dengan Sejarah Tabib Kapasan yang Merawat Pejuang

"Aku gak tau sekolah. Makane aku mlebu Heiho (Aku tidak pernah sekolah. Makanya aku masuk sebagai anggota Heiho, Red)," katanya. Tak bisa menolak. Lebih tepatnya lebih baik tidak menolak. 

Karena dengan masuk organisasi militer Jepang, sama saja ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebab, Jepang menjanjikan kemerdekaan bila mereka menjadi pemenang dalam Perang Dunia II.

Kehidupan pun bisa lebih terjamin. Meski tetap minim. Tapi paling tidak kebutuhan pangan tercukupi. 

"Ikut Heiho, kami bisa mendapatkan satu kaleng kecil berisi beras setiap satu minggu. Kalau sekarang, seukuran kaleng susu kecil itu," ujarnya, sembari menelungkupkan jari kanannya, membentuk seperti huruf C. Menandai ukuran kaleng tersebut.

BACA JUGA:Pemenang Surabaya Tourism Awards (14): De Javasche Bank Ingatkan Sejarah Sistem Kliring Pertama

Kategori :