Polisi mengatakan, Maria dan Angelina membalas tindakan kejam sang ayah dengan menyemprotkan merica. Maria dan Angelina kemudian menyerang Mikhail dengan pisau berburu dan palu yang mereka ambil dari mobil. Itu terjadi ketika Krestina pingsan di kamar.
Polisi menjelaskan, setelah disemprot merica kena mata, Mikhail panik, berjalan ngawur mengejar dua putrinya. Saat itulah, Angelina, anak kedua, datang dengan pisau berburu. Pisau ditusukkan ke dada kiri sang ayah. Kena jantung, tewas. Lalu, Mikhail didudukkan di kursi seperti yang dilihat Krestina sesaat setelah sadar dari pingsan.
Dalam persidangan terungkap, Mikhail sering melecehkan seks tiga putrinya. Juga, bertindak kasar terhadap mereka. Tak segan, ia memukul atau menyemprotkan merica. Tapi, pelaku tetap dihukum penjara.
Kasus itu menimbulkan heboh di Rusia. Masyarakat terpecah beda pendapat, antara mendukung dan menentang Mikhail. Sebab, di sana kala itu belum ada UU KDRT seperti di Indonesia. Para aktivis perempuan berdemo, mendesak pemerintah agar menerbitkan UU KDRT. Mareka membela Angelina yang membunuh ayah karena sang ayah kerap memerkosanyi.
Sementara itu, masyarakat konservatif berpendapat bahwa anak membunuh ayah adalah anak durhaka, apa pun kesalahan ayah. Perdebatan itu berlangsung hingga kini.
Di pembunuhan Syafrin, belum diungkap polisi latar belakangnya. Masyarakat cuma tahu sebatas keterangan saksi di atas. Mereka bisa menyimpulkan beragam asumsi. (*)