HARIAN DISWAY-Pemberhentian Prof Budi Santoso alias Prof Bus sebagai dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) terus menuai respons dari banyak pihak. Termasuk kali ini dari Mahfud Md.
Mantan menko polhukam itu mengaku terkejut atas berita itu. Melalui akun Instagram resminya, @mohmahfudmd, Mahfud menekankan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai benteng peradaban.
"Unair benteng keadaban dalam menjaga integritas kecendekiawanan," tulisnya pada Ahad, 7 Juli 2024. Ia pun menegaskan bahwa publik saat ini menantikan penjelasan resmi dari Unair terkait pencopotan Prof Bus.
BACA JUGA:Dekan FK Unair Yang Lantang Tolak Wacana Kemenkes soal Impor Dokter Asing Dipecat
Mahfud memang memiliki hubungan baik dengan Prof Bus dan Rektor Unair Prof Mohammad Nasih. Baginya, kedua tokoh itu adalah orang-orang baik, terbuka terhadap perbedaan, dan tawadhu' dalam keseharian.
Tokoh asal Madura itu juga sering mengisi ceramah di Unair. Ia yakin kampus tersebut memiliki lingkungan yang kondusif untuk membangun tradisi akademik dan menyiapkan cendekiawan. "Bukan sekedar sarjana, (tapi) guna menjadi kader bangsa," kata Mahfud.
Menurut Mahfud, pemberhentian dekan dari jabatan struktural harus melalui prosedur dan alasan yang jelas. Masalahnya perlu dijawab dan diselesaikan oleh pimpinan Unair.
BACA JUGA:Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Kutuk Pemecatan Dekan FK Unair Prof Budi Santoso
Tentu, imbuhnya, alasan dan prosedur pemberhentian harus dijelaskan secara terbuka. Kendati akan tetap memicu pro dan kontra, terutama di perguruan tinggi.
Seperti diketahui, Unair telah mengumumkan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari kebijakan internal. Dalihnya, untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik dalam rangka penguatan kelembagaan, khususnya di lingkungan Fakultas Kedokteran.
Namun, ketika dimintai keterangan lebih lanjut, Prof Nasih menolak memberikan pernyataan. "Sorry enggak ada statement. Nanti segera kami selesaikan bersama-sama,” kata Nasih setelah Salat Jumat di masjid sekitar kompleks Kampus C Unair, Surabaya, pada Jumat, 5 Juli 2024.
Sementara itu, Prof Bus menduga pencopotannya terkait dengan pernyataannya yang menolak kehadiran dokter asing ke Indonesia.
Kepada wartawan di Surabaya, Kamis, 27 Juni 2024, Budi yakin bahwa 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter berkualitas yang tidak kalah dengan dokter asing. (*)