Jelang Grand Final Koko Cici (Koci) Jatim 2024, para finalis mengerjakan project finalis. Mereka membaur bersama masyarakat, memberi workshop atau wawasan tentang akulturasi budaya dengan berbagai kegiatan sosial. Beberapa di antaranya mengunjungi kampung kue dan panti asuhan.
Sejak di depan pintu Panti Asuhan Amanah Insan, Sambikerep, Surabaya, anak-anak sudah menyambut para finalis Koci Jatim 2024. Mereka datang pada 28 Juni 2024.
Ada lima koko dan cici yang terlibat. Yakni Koko Angelo Mario Wijoyo dan Christopher Giovanni Satrio, serta Cici Cindy Helena Cindy, Nova Dwijayanti dan Vajra Yeshi Kusala.
BACA JUGA:Talent Show Koko Cici Jatim 2024, Sajikan Kreasi Keren Para Finalis
Dari Workshop hingga Belajar Akulturasi, Begini Serunya Project Finalis Koko Cici Jatim 2024. Panti Asuhan Baitul Yatim dikunjungi para finalis Koci Jatim 2024. Anak-anak diajak bergembira dengan games.-Koci Jatim 2024-HARIAN DISWAY
Dari lantai dua, anak-anak Panti Asuhan Amanah Insan melambai-lambaikan tangan. Terutama pada Cici Yeshi. Finalis Koci asal Surabaya itu telah berkali-kali mengunjungi panti asuhan tersebut.
"Saya mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra. Jadi hampir tiap satu bulan sekali kemari untuk melakukan pemeriksaan kesehatan," ungkap Cici Yeshie. Mengetahui dikunjungi para finalis Koci Jatim 2024, anak-anak itu merasa canggung untuk memanggil mereka.
Apakah "mbak/mas", "kakak" atau apa? Itulah pertanyaan yang muncul dari benak anak-anak. Finalis Koci Jatim 2024 biasa dipanggil "koko" dan "cici".
Namun, karena anak-anak itu lebih nyaman memanggil 'mas' dan 'mbak', mereka memanggil para finalis dengan sebutan itu.
Bahkan ada yang menganggap para finalis itu adalah artis K-pop yang hadir ke tempat mereka. "Kami menjelaskan bahwa di Indonesia, termasuk di Surabaya, punya beragam suku. Termasuk Suku Jawa dan Suku Tionghoa. Begitu pula berbagai akulturasinya," ungkapnya.
Anak-anak itu duduk di ruang tengah. Pada awal pertemuan, Cici Cindy dan Koko Angelo menjelaskan tentang sejarah akulturasi tersebut. "Sejak abad ke-13, Suku Tionghoa sudah berinteraksi dengan masyarakat Jawa. Menetap di Indonesia, dan menciptakan beragam budaya akulturasi," ungkap Cici Cindy.
"Termasuk soal kuliner. Adik-adik tahu bakmi? Ada macam-macam bakmi. Bakmi goreng dan bakmi kuah," ungkap Koko Angelo. Anak-anak itu antusias mengikuti kegiatan mereka. Tak hanya bercerita, mereka menikmati makan bakmi bersama para koko dan cici.
"Bak artinya daging, mi artinya makanan mi. Jadi bakmi itu kuliner hasil akulturasi," ungkap Cici Nova. Anak-anak pun diajari makan menggunakan chopstick atau sumpit. Sebagian besar di antara mereka belum terbiasa.