Bonus Demografi di Era Indonesia Emas 2045, Berkah atau Musibah?

Sabtu 27-07-2024,22:25 WIB
Oleh: Sukarijanto

Dibandingkan dengan beberapa negara Asia, Indonesia relatif terlambat memasuki momentum bonus demografi. Kita tengok Tiongkok. Negara itu berhasil memanfaatkan bonus demografi dengan baik di akhir abad ke-20. 

Tiongkok mengalami lonjakan signifikan dalam jumlah penduduk usia produktif akibat kebijakan satu anak yang diberlakukan sejak 1979. Pertumbuhan tenaga kerja di usia emas ditambah dengan reformasi ekonomi yang dimulai pada 1980-an menjadikan Tiongkok menjadi pusat manufaktur dunia. 

Kemudian, disusul Korea Selatan mengalami bonus demografi pada 1960-an hingga 1990-an. Pemerintah Korea Selatan mengambil langkah-langkah signifikan untuk memanfaatkan fenomena itu dengan berinvestasi besar-besaran dalam pendidikan dan infrastruktur. Penduduk usia produktif yang terdidik dan terampil menjadi pendorong utama industrialisasi cepat di negara itu. 

Korea Selatan berubah dari negara berkembang menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia dalam waktu relatif cepat, terutama di sektor industri teknologi dan otomotif yang kini tak bisa dipandang sebelah mata. 

Tak ketinggalan, India saat ini berada di tengah-tengah periode bonus demografi. Dengan lebih dari 50 persen penduduknya berusia di bawah 25 tahun, India memiliki salah satu populasi muda terbesar di dunia. 

Pemerintah India sangat menyadari fase emas itu dan berusaha memanfaatkan potensi melalui inisiatif. Misalnya, ”Made in India” dan ”Digital India” yang bertujuan membangun kesadaran kemajuan bangsa dan meningkatkan keterampilan teknologi sumber daya manusianya. 

Keberhasilan sebuah negara dalam mengelola bonus demografi yang memiliki proporsi penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan dengan proporsi penduduk usia nonproduktif (anak dan lanjut usia) niscaya mendorong negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan. 

Demikian pula Indonesia memiliki peluang yang sama dengan tiga negara di atas dalam memanfaatkan momentum agar pengelolaan bonus demografi menjadikan sebagai berkah dan bukan musibah. (*)


Sukarijanto, pemerhati kebijakan publik dan peneliti senior di Institute of Global Research for Economics, Entrepreneurship & Leadership; kandidat doktor di Program S-3 PSDM Universitas Airlangga.--

 

Kategori :