Menilik Fenomena Bisnis Joki dalam Pendidikan Indonesia (1) : Joki ’’Dinormalisasi’’ sebagai ’’Solusi’’

Jumat 02-08-2024,09:58 WIB
Reporter : Novia Herawati
Editor : Doan Widhiandono

Ihsan merasa miris dengan kondisi pendidikan Indonesia. Ditambah lagi dengan joki tugas yang semakin ke sini semakin dianggap wajar. Padahal, jelas-jelas itu tidak bersikap etis dan melanggar hukum 

“Praktik joki gak boleh dinormalisasi. Ini kejahatan intelektual. Bahkan ini bisa dibilang kebohongan kepada institusi tempat kamu belajar,” imbuh mahasiswa asal Jawa Barat tersebut.

Sementara itu, Widi, bukan nama sebenarnya, sudah menggeluti bisnis joki skripsi sejak 2021. Empat tahun sudah dia mengerjakan tugas orang lain. Mulai PPT, makalah, bahkan skripsi sudah dicoba Widi.

Bisnis itu bermula ketika Widi diajak untuk membantu bisnis joki sang pacar. Keuntungan dibagi dua. “Terus tugas jokian dibagi dua, aku ngerjain bagian soshum, ia tugas bagian teknik. Begitu,” tutur Widi.

Bisnis Joki cukup menjanjikan bagi Widi. Bisa dikatakan, klien juga sudah banyak. Saat itu, dia tidak ambil pusing, selama tidak sibuk, Widi akan mengambil proyek jokian.

“Walau saya sebagai salah satu pelaku jokian, saya menentang joki dinormalisasi. Saya ambil karena butuh cuan. Diambil ilmu dan uangnya orang-orang malas,” seloroh mahasiswi asal Nganjuk itu.

BACA JUGA:Unmer Surabaya Setelah Kena Sanksi Dikti, Ijazah 159 Mahasiswa Dibatalkan, Siap Ganti Rugi

BACA JUGA:Mereka yang Berbenah setelah Menerima Sanksi Dikti: Pendaftaran Maba Unipra bakal Terpusat

Yang menarik adalah hasil studi yang dilakukan oleh Universitas Airlangga pada 2023. Judulnya, Understanding Contract Cheating Behavior Among Indonesian University Students: An Application of the Theory of Planned Behavior.

Setidaknya ada tiga situasi yang membuat mahasiswa cenderung menggunakan jasa joki. Pertama, mahasiswa percaya bahwa joki bukan hal yang salah. Bahkan mereka meyakini bahwa joki memberikan berbagai manfaat. 


Ilustrasi pelaku joki tugas yang makin marak dalam dunia pendidikan Indonesia.--Gencraft

Kedua, ketika banyak teman mahasiswa yang menggunakan jasa joki. Kemudian dijustifikasi dan berharap mereka melakukan hal yang sama. Situasi itu menimbulkan pemikiran bahwa joki adalah wajar.

Terakhir, mahasiswa menggunakan jasa joki karena mereka merasa mampu. Artinya, mereka bisa menyembunyikan perbuatannya agar tidak ketahuan oleh dosen. (bersambung/)

Kategori :