Petinju Transgender Raih Kemenangan Cepat: IOC Kembali Disorot

Jumat 02-08-2024,16:01 WIB
Reporter : Tri Septi Hari Nikita*)
Editor : Salman Muhiddin

HARIAN DISWAY - Setelah menimbulkan kehebohan dengan mengizinkan dua petinju transgender wanita untuk bertanding dalam cabang olahraga (cabor) tinju nomor wanita, Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee, IOC) kembali menjadi sorotan setelah kemenangan atlet tersebut.

Petinju asal Aljazair, Imane Khelif, memenangkan pertandingan melawan Angela Carini, atlet dari Italia, setelah bertanding selama 46 detik di atas ring.

Khelif mendaratkan pukulan telak ke arah lawannya dalam pertandingan mereka pada hari Kamis (1 Agustus), yang memaksa Carini untuk menyerah dalam waktu kurang dari satu menit.

Segera setelah itu, tangan Khelif diangkat sebagai tanda kemenangannya, sementara Carini berlutut sambil menangis.

Atlet Italia tersebut juga terdengar mengeluh kepada pelatihnya. "Ini tidak benar, ini tidak benar!" sebelum meninggalkan arena.

BACA JUGA:Argentina Siapkan Mental Jelang Lawan Prancis di Olimpiade 2024!

BACA JUGA:Panahan, Dayung, dan Renang: Perjuangan Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Carini mengalami patah tulang hidung, dan atlet berusia 25 tahun itu mengatakan kepada para reporter bahwa ia tidak pernah mendapat pukulan sekeras itu sepanjang kariernya, seperti yang dilaporkan oleh The Independent.

Cara kekalahan Carini memicu kekhawatiran dan kemarahan publik, baik di dunia tinju maupun di luar. Penulis Harry Potter, JK Rowling, dan miliarder sekaligus pemilik X, Elon Musk, menyuarakan pertentangan mereka mengenai hal tersebut.

Sementara itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) membela keputusannya untuk mengizinkan dua petinju yang gagal dalam tes kelayakan gender untuk bertanding di Olimpiade Paris 2024.

Imane Khelif dari Aljazair didiskualifikasi beberapa jam sebelum pertandingan perebutan medali emas di Kejuaraan Dunia Wanita di New Delhi tahun lalu setelah ia gagal memenuhi kriteria kelayakan Asosiasi Tinju Internasional (IBA), yang melarang atlet dengan kromosom XY pria bertanding di ajang wanita.

Juara dunia ganda asal Taiwan, Lin Yu-ting, juga kehilangan medali perunggu pada kompetisi yang sama setelah gagal memenuhi kriteria tersebut.

Namun, keputusan IBA tersebut kemudian dibatalkan oleh IOC tahun lalu karena masalah tata kelola dan keuangan, sehingga mengizinkan kedua wanita tersebut untuk berpartisipasi.

"Menjelang akhir Kejuaraan Dunia IBA pada tahun 2023, mereka tiba-tiba didiskualifikasi tanpa proses yang semestinya," kata IOC.

"Menurut notulen IBA yang tersedia di situs web mereka, keputusan ini awalnya diambil sendiri oleh Sekretaris Jenderal dan CEO IBA," lanjut pernyataan tersebut.

Kategori :