Stok Darah Selalu Ada untuk Cuci Darah

Rabu 07-08-2024,20:59 WIB
Reporter : Michael Fredy Yacob
Editor : Noor Arief Prasetyo

SAAT INI, tidak menunggu dewasa untuk bisa terkena penyakit gagal ginjal. Di usia dini pun sudah bisa kena. Itu karena pola hidup yang berubah drastis. Banyak minuman yang memiliki kadar gula tinggi. Dikonsumsi terus menerus di luar kontrol orang tua. Itu pemicunya.

---

Susmiati hanya bisa terdiam melihat kondisi anaknya yang terbaring lemas di sampingnya. Di atas ranjang pasien di RSUD dr Soetomo Surabaya. Putrinya yang berinisial APR baru saja mengidap gagal ginjal. Sudah dua minggu APR dirawat di sana. Usianya juga baru 10 tahun. Baru naik kelas 4 SD.

Kamar itu berisi sekitar delapan pasien. Sebagian besar pasien gagal ginjal. Juga sudah menjalani cuci darah. Semuanya masih anak-anak. Paling besar berusia 16 tahun. Baru naik kelas 2 SMA. Juga baru diketahui mengidap gagal ginjal.

“Tadi malam anak saya baru cuci darah. Setiap tiga hari sekali anak saya cuci darah. Dua minggu di sini sudah enam kali cuci darah. Tapi itu juga melihat kondisi anak saya. Kalau bisa cuci darah, ya, langsung dilakukan,” kata Susmiati saat ditemui Harian Disway, Selasa 6 Agustus 2024.

BACA JUGA:Kasus Cuci Darah Anak-Anak yang Bikin Waswas: Orang Tua Cari Alternatif Jaga Kesehatan

BACA JUGA:Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia Belajar Soal Transplantasi Ginjal, Dokter Urologi: Jangan Takut Untuk Operasi

Dia bersyukur selama anaknya menjalankan cuci darah, stok darah selalu aman. Tidak pernah ditunda ketika waktunya untuk cuci darah. “Syukur saja selama dirawat ini tidak ada masalah dengan stok darah. Hanya saja ketika waktunya cuci darah, harus melihat kondisi pasiennya dulu. Sekali cuci darah, membutuhkan dua kantong darah,” tambahnya.

Dia menceritakan, awal dia mengetahui anaknya sakit gagal ginjal saat APR pulang dari acara sekolah. Pipinya bengkak. Dia pun membawa anaknya ke RSUD Dharmahusada. Dari situ dirinya mengetahui jika APR gagal ginjal. Anaknya itu pun dirujuk ke RSUD dr Soetomo.

“Pola makannya mas yang membuat anak saya seperti ini. Suka makan i***mie. Terus manis-manisan di sekolah. Kalau di sekolah kan kami tidak bisa kontrol lagi. Tapi, anak saya sebenarnya suka minum air putih. Tapi, pola makan dan minumnya di luar rumah yang tidak kami tahu,” ucapnya.


Suasana donor darah di kantor PMI Surabaya.-Vincentius Andito-

Sama halnya dengan Sono. Anaknya sudah dua tahun mengalami penyakit gagal ginjal. Hanya saja saat ini, anaknya yang kini berusia 12 tahun hanya menjalani CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisis) atau cuci darah lewat perut pasien.

“Hampir dua tahun anak saya sudah tidak cuci darah. Awal masuk RSUD dr Soetomo, 5 Juli 2022. Awalnya, seminggu dua kali cuci darah. Setiap Selasa dan Jumat. Tapi, cuci darah itu hanya lima bulan saja. Setelah itu, sudah gak cuci darah lagi sampai sekarang,” ungkapnya.

Ia pun merasakan apa yang dialami Susmiati. Selama anaknya menjalani cuci darah, ia tidak pernah mengalami khawatir dengan stok darah di rumah sakit. Selalu tersedia. “Jadi ketika waktunya cuci darah, ya langsung dilakukan mas. Tidak pakai tunggu-tunggu lagi,” ungkapnya.

Tidak hanya anaknya yang merasakan hal tersebut. Semua pasien gagal ginjal yang seusia anaknya ketika itu merasakan hal yang sama. “Untuk seangkatan anak saya, gak pernah ketemu yang namanya penangan lambat. Semuanya tepat waktu. Alhamdulillah sekarang kondisinya semakin baik,” tegasnya. 

Kategori :