"Untuk saya sendiri, saya sudah bisa dibilang paling tua di tunggal putri. Jadi, saya berharap regenerasi yang bagus sektor ini," jelas Gregoria. "Sejauh ini tren tunggal putri baik, dan itu hal membuat saya bangga," lanjut pemain asal Wonogiri, Jawa Tengah itu.
BACA JUGA:Gregoria Mariska Tunjung Ingin Rayakan Medali Perunggu dan Ulang Tahun Bersama Keluarga
Dibandingkan tunggal putra, regenerasi tunggal putri memang terkesan seret. Dulu, saat Gregoria baru mentas dari sektor junior, dia langsung jadi tumpuan utama Indonesia di berbagai ajang.
Di lapis bawahnya, ada Fitriani dan Ruselli Hartawan. Namun prestasi mereka mandek. Setelah itu, barulah muncul Putri Kusuma Wardani. Pelapisnya lagi ada Aisyah Sativa Fatetani dan Bilqis Prasista.
Putri KW sempat bersinar di era pandemi. Dia bahkan lebih dulu meraih gelar BWF Tour daripada Gregoria. Pemain PB Exist itu menjadi juara Spain Masters 2021 dan Orleans Masters 2022. Namun, belakangan penampilannya makin meredup. Puncaknya, Putri KW tidak dibawa dalam skuad Piala Uber 2024.
Ketua Tim Ad Hoc Olimpiade M. Fadil Imran mengungkapkan target PBSI di Olimpiade Paris 2024. Ia menjadi calon tunggal ketum PP PBSI di Munas Surabaya.-SIWO PWI-
BACA JUGA:Medali Perunggu Gregoria: Kado Terindah di Ulang Tahun ke-25
BACA JUGA:Olimpiade Paris 2024: Gregoria Samai Rekor Maria Kristin, Malah Bingung dan Serba Salah
Kini, Gregoria menempati posisi 8 dunia. Tertinggi untuk tunggal putri. Di bawahnya ada Ester Nurumi Tri Wardoyo di ranking ke-23. Disusul Putri Kusuma Wardani (34), Komang Ayu Cahya Dewi (20), dan Ruzana (90).
Bersama Gregoria, Ester dan Komang masuk skuad Piala Uber 2024, dan berpartisipasi penuh merebut gelar runner-up. Mematahkan dominasi Jepang, Korea, dan Thailand.
"Saya bangga melihat adik-adik yang prestasinya semakin meningkat," ucap Gregoria.
"Sebagai pemain, itu menjadi kebanggan tersendiri sebagai senior. Semoga regenerasi di tunggal putri semakin bagus dan menambah gelar-gelar internasional," harapnya. (*)