Hubungan cinta Anies-PKS sedang menjadi spekulasi umum. Batas akhir pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta makin dekat dan makin dekat pula vonis yang diterima Anies oleh PKS. Spekulasi sudah kian santer bahwa PKS akan memilih bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Partai Nasdem juga sudah makin dekat dengan kekuasaan, ditandai dengan pertemuan resmi Surya Paloh dengan Prabowo Subianto pada Kamis, 15 Agustus 2024. Surya Paloh sudah terang benderang memberikan isyarat bahwa Anies akan sulit mendapat tiket untuk maju dalam kontestasi pilgub Jakarta.
Perkembangan itu mengejutkan karena dua partai tersebut sudah menyatakan dukungan kepada Anies. Namun, kemudian angin buritan meniup kencang dan membuat perahu oleng dan kemudian berubah haluan. PKS dengan berbagai argumentasi mencari justifikasi untuk meninggalkan Anies.
Partai Nasdem tidak membutuhkan alasan yang canggih sebagaimana yang dilakukan PKS untuk meninggalkan Anies. Surya Paloh punya persediaan retorika yang melimpah untuk menjustifikasi keputusannya untuk meninggalkan Anies.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga kian dekat dengan keputusan untuk meninggalkan Anies dan bergabung dengan KIM Plus. PKB terlalu sibuk untuk memikirkan Anies karena sedang menghadapi risiko pembegalan oleh PBNU.
Setelah terjadi pembegalan terhadap Partai Golkar dengan mundurnya Airlangga Hartarto secara mendadak, tidak mustahil PKB akan menjadi korban berikutnya dengan skenario yang berbeda.
Dalam kondisi terjepit seperti sekarang, PKB akan mudah ditarik untuk masuk ke gerbong KIM Plus dan meninggalkan Anies sendirian. Nasib Anies sekarang bergantung pada dirinya sendiri. Menjelang Pilpres 2024 yang lalu, Anies disebut sebagai yatim politik (political orphan) karena tidak punya partai politik. Lalu, muncul Surya Paloh yang mengadopsi Anies sebagai anak angkat.
Surya Paloh memainkan peran sebagai bapak asuh politik (political surrogate parent) yang meyakinkan. ”Why not the best?” Begitu kata Surya Paloh ketika mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden pilihan Partai Nasdem. Tetapi, sekarang Anies tidak hanya ”not the best”, tetapi menjadi ”no body” (bukan siapa-siapa).
Dari yatim politik kembali menjadi yatim politik. Anies melakukan refleksi dan evaluasi dengan mengacu pada perjalanan Khidir dan Musa. Sebagaimana dalam perspektif fenomenologi, makna dari peristiwa bersifat retrospektif. Kita hanya bisa merasakan makna sehat ketika sakit. Rangkaian peristiwa yang terjadi sekarang baru akan diketahui maknanya di masa depan.
Dalam kisah Khidir dan Musa, terjadi tiga peristiwa unik. Pertama, Khidir merusak perahu yang baru saja ditumpanginya. Kedua, Khidir membunuh anak kecil yang tidak berdosa. Ketiga, Khidir bekerja bakti mendirikan tembok roboh di sebuah desa yang penduduknya pelit tidak mau memberinya makan ketika dia dan Musa kelaparan.
Tiga peristiwa itu sekarang tengah dialami Anies. Perahu parpol yang baru saja dinaikinya dalam Pilpres 2024 mendadak sekarang bocor dan terancam tenggelam. Nasdem, PKS, dan PKB adalah perahu yang dinaiki Anies dalam pilpres yang lalu. Sekarang perahu-perahu itu bocor dan publik belum tahu apa yang akan terjadi pada tiga perahu itu.
Anies ibarat anak kecil yang manis dan lucu, yang tiba-tiba saja dibunuh Nabi Khidir tanpa dosa. Nabi Musa melakukan protes keras atas tindakan yang disebutnya biadab itu. Musa tidak melihat alasan apa pun yang bisa menjustifikasi pembunuhan terhadap anak kecil yang tidak berdosa.
Anies sekarang tengah berada di sebuah masyarakat desa yang tidak mau membantunya memberi makan dan minum ketika tengah kelaparan. Anies ibarat ditelantarkan masyarakat desa itu. Namun, Anies tidak kecewa oleh tindakan tersebut. Sebaliknya, Anies tetap bekerja untuk membantu masyarakat desa dengan membangun kembali tembok yang roboh.
Hikmah dari tiga peristiwa itu baru diketahui belakangan. Perahu tersebut dibuat bocor supaya selamat dari rampasan raja zalim yang merampas semua perahu yang ada. Anak kecil itu dibunuh di usia dini karena akan diganti dengan anak yang lebih baik dan lebih saleh. Tembok desa itu harus tetap berdiri karena menjadi tetenger harta karun peninggalan orang tua anak yatim di desa tersebut.
Itulah yang dialami Anies sekarang. Kita hanya akan tahu nanti di belakang hari.
Para pendukung Anies yang kecewa kepada Nasdem, PKS, dan PKB mungkin hanya bisa mengutip surah Al-Kahfi ayat 78, ”Inilah batas perpisahan kami dengan kalian”. Selamat tinggal, mungkin sebentar lagi perahu-perahu itu akan tenggelam atau dirampas raja zalim. (*)