SURABAYA, HARIAN DISWAY - Memperkuat pertumbuhan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah target utama Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Salah satunya dengan mendorong produk dari pelaku UMKM itu untuk bisa tembus ke pasar ekspor. Terutama pelaku UMKM di Jatim.
Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani mengatakan, organisasinya melakukan survei terkait alasan sulitnya berkembang usaha UMKM di Indonesia. Dari hasil survei itu, sebanyak 51 persen pelaku UMKM di Indonesia mengeluhkan akses keuangan untuk memperkuat modal mereka.
Selain itu, sebanyak 35 persen para pelaku UMKM itu mengeluh tentang akses menembus pasar nasional, mekanisme pemasaran, termasuk promosi. Juga ada sembilan persen yang mengeluhkan bahan baku, alat produksi, dan teknologi.
Hanya lima persen pelaku UMKM yang mengeluhkan regulasi dan keterbatasan keterampilan. Beberapa poin itulah menurutnya, dapat memengaruhi daya saing UMKM. Padahal, dia menilai, kehadiran UMKM sebenarnya mampu menyerap 96,6 persen tenaga kerja nasional.
BACA JUGA:Apindo Jatim Ajak Pengusaha Bayarkan THR Tepat Waktu, Maspion Cair Lebih Awal
BACA JUGA:Apindo Dukung Ganjar Wujudkan Kepastian dan Penegakan Hukum
“Untuk itu, APINDO berkomitmen untuk mendorong transformasi sektor tersebut melalui Roadmap Bidang UMKM. Inisiatif tersebut mencakup pembentukan satgas khusus, pengadaan pendanaan, peningkatan kemudahan berusaha, serta fasilitasi akses dan informasi pasar,” kata Shinta, Kamis 29 Agustus 2024.
Termasuk, kebanyakan pelaku UMKM kebingungan menembus pasar internasional. Salah satu cara APINDO memberikan edukasi pelaku UMKM itu untuk bisa tembus ke pasar ekspor adalah edukasi kepada pelaku UMKM di Rakernas APINDO, di Novotel Samator.
FOUNDER LADANG LIMA Annnisa Pratiwi , Direktur BIG Eka Sari Lirena, dan Bisnis Develpment Manager Source Michael Angga pada Rakerkonas APINDO ke-33 di Surabaya.--
Commercial Director Ladang Sehat Indonesia Annisa Pratiwi pun membagikan yang dia lakukan untuk bisa menembus pasar ekspor pada 2015 lalu. Dia menceritakan, saat itu dirinya mencari pasar yang membutuhkan produk yang dibuat. Ketika itu dia berkolaborasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia.
Produk yang dibuatnya itu adalah tepung terigu singkong, noodle, pasta, dan kue. Semuanya itu tidak mengandung gandum. Pasarnya sangat kecil. Hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang menderita autoimun, anak-anak berkebutuhan khusus, dan penderita kanker.
BACA JUGA:Pedagang Kecil dan UMKM Bersatu Gugat Larangan Penjualan Rokok Eceran
BACA JUGA:Program Makan Siang Gratis dan Pemberdayaan UMKM
“Pertama kali kita ekspor ke United Kingdom (UK). Saat ini, saya sudah ekspor ke Australia, Korea, Malaysia, Taiwan. Barusan kita mengirimkan ke Shanghai. Awalnya sulit. Saya join dengan pemerintah. Waktu itu ada acara di pameran di Jakarta,” ungkapnya.
Saat ini pun, perusahaan yang dia rintis itu di semester I/2024 sudah mengirimkan enam kontainer ke beberapa negara. Satu kontainer itu setara dengan 18 ribu pack. “Di awal dulu, hanya lima persen yang kami ekspor dari jumlah penjualan kami secara nasional,” ungkapnya.