Kemenkes Mengumumkan, Ada Pungli di PPDS Undip

Rabu 04-09-2024,09:35 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

BACA JUGA: Pendidikan Dokter Spesialis Kini Diselenggarakan oleh Rumah Sakit, Mahasiswa PPDS Terima Gaji dan Jam Kerja Normal

Artanto: ”Kami koordinasi berkaitan dengan peristiwa kematian serta kabar perundungan terhadap mahasiswi PPDS Undip itu. Bukti-bukti sudah diserahkan ke kami. Hasil investigasi Kemenkes ini akan diuji di laboratorium forensik.”

Kini sudah lebih dari 10 saksi yang dimintai keterangan polisi. Mulai keluarga korban Aulia hingga rekan seprofesi korban. Kepolisian juga terbuka menerima laporan dugaan perundungan berkaitan kematian Aulia. 

Artanto: ”Bisa menghubungi Kemenkes atau kepolisian. Mereka yang bersuara tentu kita lindungi. Jangan takut.”

Menkes Budi tidak mengatakan bahwa Aulia bunuh diri karena di-bully dan dipungli. Tidak. Tidak dikaitkan antara dia di-bully dan dipungli dengan kejadian Aulia bunuh diri dengan cara menyuntik diri sendiri dengan Roculax (hasil autopsi).

BACA JUGA: Sosok Dokter Viral di Media Sosial Diduga Pelaku Perundungan di UNDIP

BACA JUGA: DPR Dorong Kemenkes Ungkap Dugaan Perundungan Dalam Kasus Dokter Aulia

Roculax adalah obat pelemas otot untuk pasien yang akan menjalani operasi. Obat itu biasa diberikan dokter sebelum pasien dibius (anestesi) menjelang operasi bedah.

Menkes Budi juga tidak mengaitkan bahwa akibat Aulia stres dan bunuh diri, mengakibatkan ayah Aulia, Fakhruri, menyusul meninggal dunia, Selasa, 27 Agustus 2024. Budi tidak mengaitkannya. Sebab, orang sudah meninggal (Aulia dan Fakhruri) mustahil ditanya penyebabnya.

Budi: ”Tapi, ayah dokter ARL sakit sejak mendapat kabar putrinya, ARL, meninggal. Saya sempat menjenguk beliau di rumah keluarga beliau di Tegal waktu itu.”

Karena tidak dikaitkan (oleh menkes), bisa saja berbagai tekanan dalam PPDS terhadap Aulia tidak berkaitan dengan keputusan Aulia bunuh diri sehingga kemudian menyebabkan Fakhruri ngenes sehingga sakit dan meninggal. Tapi, bisa juga berkaitan. Dan, seandainya berkaitan, itulah tragedi.

Kemenkes melakukan investigasi ke RSUP dr Kariadi, lokasi pelaksanaan PPDS bidang anestesi yang diikuti dan menewaskan Aulia, dimulai Rabu, 14 Agustus 2024. Itu dua hari setelah Aulia ditemukan meninggal. Sejak investigasi itulah, kegiatan PPDS dihentikan sementara, sampai waktu yang diumumkan kemudian.

Sehari kemudian, Kamis, 15 Agustus 2024, di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di kompleks RSUP dr Kariadi, Semarang, dipasang spanduk besar bertulisan ”Kampanye Gerakan Zero Bullying”. 

Entah, apa maksud tujuan pemasangan spanduk besar itu. Tapi, ketika spanduk tersebut dipasang, pastinya Kemenkes belum mengumumkan bahwa Aulia di-bully di sana. Belum diumumkan resmi. Cuma ada isu bahwa Aulia di-bully senior. Isu yang tersebar di medsos.

Atas pengumuman Kemenkes itu, pihak Universitas Diponegoro ternyata tidak diam. Mereka merasa dihakimi Kemenkes atas pengumuman kasus tersebut.

Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro Wijayanto kepada wartawan mengatakan, Undip dihakimi, bahkan dihukum, ketika investigasi kasus dugaan perundungan belum selesai.

Kategori :