Dimodelkan seperti gletser, hamparan salju seluas hampir 100.000 meter persegi ini menjulang tinggi di pesisir Lingang. Terletak sekitar 1,5 jam dari pusat kota.
Di dalamnya, kursi gantung, kereta gantung, dan kereta uap berwarna hijau dan merah mengantar pengunjung ke empat lereng ski dan wahana lainnya.
“Sebelumnya tidak ada resor ski di sekitar Shanghai dan tidak ada cara untuk berlatih di musim panas. Namun sekarang saya memiliki kesempatan untuk melakukannya... jadi saya cukup senang,” ujar pemain snowboarding Cynthia Zhang kepada AFP.
Menghabiskan Banyak Energi
Sebuah laporan pemerintah Shanghai pada bulan Agustus mengakui bahwa proyek-proyek semacam ini pasti akan menghabiskan banyak energi. Eksekutif resor Yin Kang mengatakan bahwa untuk menjaga suhu di bawah nol derajat dibutuhkan 72 mesin pendingin dan 33 mesin pembuat salju yang bekerja secara terus menerus.
Laporan pemerintah Shanghai mengatakan bahwa resor ini dibangun untuk memaksimalkan penggunaan kembali energi. Hal tersebut dilakukan melalui elemen-elemen seperti penyimpanan es dan sistem pemulihan panas limbah.
BACA JUGA:Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Pemerintah Akan Rumuskan Regulasi Penerbangan Berkelanjutan
Lebih dari tiga perempat atap resor ditutupi dengan fotovoltaik atau panel surya, yang membantu mengurangi jejak karbon. “Kami telah mengambil banyak langkah penghematan energi,” kata Yin.
Pembukaan Resor yang Tidak Mulus
Penyelesaian resor ini telah diundur beberapa kali. Media industri melaporkan bahwa tanggal pembukaan yang semula direncanakan adalah di tahun 2019. Soft opening-nya juga bisa dibilangtidak sepenuhnya berjalan mulus.
Menurut media pemerintah pada hari Rabu, terdapat sebuah kecelakaan yang menyebabkan seorang tamu mengalami putus jari. Setelah kejadian tersebut, resor ini mengatakan akan menambah langkah-langkah keamanannya. (*)
BACA JUGA:Industri Otomotif di Tiongkok: Pilihan Melimpah, Konsumen Bingung
*mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta Magang Regular di Harian Disway