ORGANISASI Perdagangan Dunia (WTO) menyetujui pembentukan panel ahli untuk menyelidiki subsidi Amerika Serikat terhadap kendaraan listrik, Senin, 23 September 2024. Itu terjadi setelah Tiongkok menuduh Washington melakukan persaingan yang tidak adil.
Amerika Serikat menanggapi keluhan Tiongkok dengan keras. Mereka menuduh Tiongkok mencoba mengalihkan perhatian dari kebijakan dan praktik non-pasar yang merusak sistem perdagangan yang adil, kompetitif, dan saling menguntungkan.
Sebelumnya, Tiongkok mengajukan kasus itu ke WTO pada Maret 2024. Mereka menuduh bahwa Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) AS merumuskan kebijakan subsidi diskriminatif untuk kendaraan energi baru. Yakni, mobil listrik dan hibrida.
Pada 2022, Amerika Serikat mengumumkan program bantuan besar-besaran untuk mendukung perusahaan-perusahaan di sektor transisi energi dan produksi mobil listrik yang dibuat di dalam negeri.
BACA JUGA:Perusahaan Startup AI Transformasi Busana Tradisional Tiongkok ke Tingkat Baru
AS bersikeras bahwa undang-undang tersebut adalah alat untuk menangani krisis iklim. Juga untuk berinvestasi dalam daya saing ekonomi. Langkah itu juga bertujuan untuk menandingi subsidi Tiongkok terhadap kendaraan listrik. Sebab, Beijing mengucurkan dana besar bagi perusahaan domestik serta penelitian dan pengembangan.
Dalam pertemuan hari Senin, 23 September 2024, perwakilan AS menyatakan bahwa Tiongkok munafik. AS menuding Tiongkok sedang menargetkan dominasi secara global di sektor energi terbarukan.
TESLA CYBERTRUCK, kendaraan listrik produksi Tesla dipamerkan di salah satu showroom di New York, 5 Juli 2024.-MICHAEL M. SANTIAGO-GETTY IMAGES VIA AFP-
"Jika Tiongkok memilih untuk melanjutkan proses panel, Amerika Serikat akan dengan gigih membela kredit pajak energi bersih yang diatur oleh IRA. Aturan kami justru epenuhnya konsisten dengan aturan WTO. Sangat diperlukan untuk mengatasi krisis iklim global," kata perwakilan AS.
Perselisihan di WTO itu terjadi di tengah ketegangan antara Beijing dan Washington mengenai sejumlah isu perdagangan. Misalnya, bea cukai, teknologi canggih, dan kemungkinan larangan terhadap situs media sosial TikTok.
Pada Mei 2024, AS juga mengumumkan akan melipatgandakan bea masuk untuk kendaraan listrik yang diimpor dari Tiongkok. Bahkan persaingan ekonomi dengan Beijing menjadi salah satu isu utama dalam kampanye pemilihan presiden AS. (*)