Mengapa visi seperti itu tak berkembang di daerah di sekitar Surabaya? Entahlah. Padahal, semestinya lebih gampang mengoordinasikan antarkepala daerah di sini ketimbang Jakarta dan sekitarnya. Apalagi, antara DK Jakarta dan Banten yang sudah berbeda provinsi. Tapi, mengapa Tangerang Selatan bisa berkembang seperti sekarang?
Tampaknya memang diperlukan kepala daerah yang punya mimpi besar. Kepala daerah yang tak hanya puas dengan mengelola APBD yang ada. Kepala daerah yang tak tergambar apa legasi alias warisan yang akan menjadi jejak-jejak dia saat menjabat. Sesuatu yang bisa dikenang warga yang pernah dipimpinnya.
Sidoarjo sebetulnya pernah punya bupati yang visioner. Birokrat yang mempunyai mimpi besar dan inovatif. Win Hendrarso namanya. Menjabat bupati Sidoarjo selama dua periode. Juga, Gus Muhdlor. Yang di awal pemerintahannya banyak hal baru dibuat. Sayang, keburu kena ”jebakan” di usia jabatannya yang muda.
Meski demikian, Sidoarjo belum terlambat untuk berbenah. Dengan meningkatkan ”kelas sosial” kotanya. Hal tersebut bisa dimulai dengan menyediakan fasilitas pendukung yang sedikit banyak mengimbangi fasilitas yang sudah ada di Surabaya. Dan, itu bisa dimulai dengan berbagai inisiatif pemerintah ataupun dengan memberikan insentif kepada pihak swasta.
Wali Kota Surabaya Bambang D.H. ketika masih menjabat bermimpi menghidupkan kembali Jalan Tunjungan sebagai tempat jalan-jalan di luar mal. Karena itulah, ketika memimpin BUMD provinsi yang punya aset di jalan itu, saya memulainya dengan mengubah aset bangunan kuno tersebut menjadi hotel. Meski waktu itu sempat disatroni satpol PP karena memasang kursi di trotoar seperti Jalan Tunjungan sekarang.
Di Sidoarjo, perlu makin banyak inisiatif swasta untuk menaikkan kelas kotanya. Di bidang kesehatan, sudah banyak RS swasta yang kualitas layanannya tak kalah oleh Surabaya.
Saya pun bersama P4MU (Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata Undaan), pemilik RS Mata Undaan, membangun klinik baru yang mewah dan wah. Di lokasi strategis, samping timur Alun-Alun Sidoarjo.
Gagasan seharusnya tidak sebatas gagasan. Jika ada peluang dan kekuatan, gagasan harus diwujudkan menjadi kenyataan. Barangkali di awal kota harus memulai dengan penuh tantangan. Seperti upaya menghidupkan Tunjungan yang malah harus berhadapan dengan pemerintah kota.
Sidoarjo mempunyai peluang untuk menjadi kota yang lebih maju daripada sekarang. Namun, tampaknya diperlukan mimpi-mimpi baru dari kepala daerahnya. Mimpi yang tentu besar sekalian. Termasuk –kalau perlu– mimpi mengalahkan Surabaya.
Tidak ada salahnya Sidaorjo meniru Tangerang Selatan. Yang mampu menjadi kota penyangga Jakarta yang membanggakan. Yang tentunya akan terus maju meski kelak ibu kota negara telah dipindah ke Ibu Kota Nusantara.
Kini saatnya warga Sidoarjo memilih pemimpinnya yang mempunyai mimpi besar. Bukan hanya menjadi kepala daerah yang biasa-biasa saja. Kepala daerah yang bisa menambah kebanggaan baru bagi warganya. (*)