HARIAN DISWAY - Pasukan militer Amerika Serikat (AS) menyatakan pasukannya tidak berperan dalam operasi Israel yang menewaskan pemimpin Hamas Yahya Sinwar. Dikutip dari Arab News, pasukan AS tidak terlibat dalam kejadian tersebut.
"Ini adalah operasi Israel. Tidak ada pasukan AS yang terlibat langsung," ujar juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Angkatan Udara Patrick Ryder pada Kamis, 17 Oktober 2024. Amerika Serikat telah membantu memberikan informasi dan intelijen.
"Yang berkaitan dengan pemulihan sandera dan pelacakan lokasi para pemimpin Hamas yang bertanggung jawab atas penyanderaan. Jadi tentu saja itu berkontribusi secara umum pada gambaran tersebut," ujarnya.
BACA JUGA: Profil Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas yang Habiskan 23 Tahun Hidup di Penjara Israel
"Tetapi sekali lagi ini adalah operasi Israel. Dan saya akan berbicara tentang rincian tentang bagaimana operasi itu terjadi," lanjut Ryder. Sinwar dilaporkan tewas pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Kematiannya dikonfirmasi tentara Israel pada keesokan harinya setelah mengambil tes DNA pada sidik jarinya. Kematian Yahya Sinwar ini menambah catatan daftar pemimpin Hamas yang gugur dalam serangan Israel di jalur Palestina.
Para pemimpin Israel merayakan pembunuhannya sebagai penyelesaian masalah lebih dari setahun setelah militan Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel dan menculik 250 orang lainnya dalam sebuah serangan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya akan terus bertempur hingga semua sandera dibebaskan. Dalam pidatonya, Netanyahu mengatakan, “Perang kita belum berakhir”.
BACA JUGA:Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas, ini Respons Netanyahu dan Joe Biden
Sementara itu, Presiden Emmanuel Macron menyerukan pembebasan semua sandera yang ditahan Hamas di Gaza. "Yahya Sinwar adalah orang utama yang bertanggung jawab atas serangan teroris dan tindakan biadab pada 7 Oktober," tulis Macron.
Di akun X-nya itu, Macron menulis lagi, "Prancis menuntut pembebasan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas". Israel juga mendesak kelompok tersebut untuk menyerah dan membebaskan sekitar 100 sandera yang masih berada di Gaza.
Selain itu, pasukan Israel diyakini tengah menargetkan Mohammad Sinwar. Mohammad Sinwar menjadi salah satu sosok yang digadang-gadang akan menjadi calon kuat pengganti kakaknya, Yahya Sinwar sebagai pimpinan Hamas.
BACA JUGA: Israel Bom Tenda Pengungsi di RS Syuhada Al-Aqsa, 4 Orang Terbakar Hidup-Hidup
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell juga menggambarkan pemimpin Hamas tersebut sebagai teroris. Ia mengatakan Sinwar merupakan penghalang bagi gencatan senjata yang sangat dibutuhkan.
Menteri Pertahanan Inggris Raya John Healey mengatakan bahwa ia tidak akan berduka atas kematian Sinwar. "Saya, sebagai salah satu pihak, tidak akan berduka atas kematian seorang pemimpin teror seperti Sinwar," katanya.