Pembekuan BEM FISIP Unair Dinilai Represif dan Tak Demokratis, Begini Ragam Kritik Mahasiswa

Minggu 27-10-2024,14:52 WIB
Reporter : Vini & Satriyo
Editor : Mohamad Nur Khotib

“⁠Menurut saya, langkah yang diambil oleh dekanat sangatlah tidak tepat. Perihal ini, Dekanat justru terkesan represif dan menjadi pihak yang melakukan persekusi di lingkup kampus,” tegasnya.

Bagi G, Dekanat seolah gagal merepresentasikan FISIP yang selalu menggaungkan lingkup akademik yang demokratis. 

Sebaliknya, sikap yang diambil Dekanat juga bukan hal yang mengejutkan. “Setidaknya jika kita berkaca di kejadian-kejadian sebelum ini,” jelasnya.

BACA JUGA:Bikin Karangan Bunga Satire Untuk Prabowo-Gibran, BEM FISIP Unair Dibekukan

G memberi contoh kasus serupa yang terjadi sebelumnya. Yakni persoalan yang sempat dihadapi oleh Dekan Fakultas Kedokteran Prof Budi Santoso alias Prof Bus.

Beberapa waktu lalu, jabatan Prof Bus sebagai dekan langsung dicopot secara sepihak oleh Unair.

“Ketika beliau menyatakan pendapatnya terhadap publik mengenai kebijakan baru (terkait isu impor dokter asing, Red)yang mana saya yakin Prof Bus cukup bijaksana dalam menggunakan etika sebagai akademisi maupun sebagai nakes,” terangnya. 

BACA JUGA:Gibran Langsung Blusukan Bagi-bagi Susu Gratis setelah Retret Kabinet di Magelang

G menilai hal itu merupakan salah satu dari sekian bukti bahwa Unair cenderung terlalu condong terhadap pemerintah.

“Saya rasa, dibandingkan dengan keputusan pembekuan, akan lebih baik jika dekanat melakukan pendekatan lainnya,” ungkapnya. 


Karangan bunga yang dibuat oleh BEM FISIP Universitas Airlangga.-Dokumentasi BEM FISIP Unair-

Misalnya, lanjut G, bisa dengan dialog terbuka antara mahasiswa BEM dengan pihak dekanat. 

Alih alih menggunakan pendekatan represif, Dekanat tentu juga bisa memilih opsi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan edukatif yang bisa juga disampaikan dengan cara diplomatis. (*)

*) Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura dan Untag Surabaya, Peserta MBKM Harian Disway

Kategori :