HARIAN DISWAY - Usai melakukan audiensi tertutup, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) dan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Unair menemui awak media di depan Gedung Soetandyo, kampus FISIP Unair.
Dekan FISIP Unair Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si. berharap pada BEM agar penggunaan diksi untuk melontarkan kritik kedepannya dipilih sesuai dengan kultur akademik.
BACA JUGA:Setelah Mediasi, Dekanat Cabut Pembekuan Pengurus BEM FISIP Unair
"Kami paham apa yang disuarakan oleh BEM FISIP itu menjadi hak mereka untuk menyuarakan pendapat yang menjadi aspirasi mereka. Tapi saya sebagai dekan memastikan pada BEM untuk tidak lupa marwah akademik," terang Prof. Bagong.
Adapun Presiden BEM Tuffahati Ulayyah mengatakan bahwa BEM FISIP akan tetap kritis kedepannya dengan tidak keluar dari koridor akademik.
BACA JUGA:Dekan FISIP Unair Beri Klarifikasi, Bekukan 3 Orang Pengurus BEM, Bukan Seluruh Organisasi
BACA JUGA:Pembekuan BEM FISIP Unair Dinilai Represif dan Tak Demokratis, Begini Ragam Kritik Mahasiswa
"Dan untuk karangan bunga kemarin merupakan bentuk ekspresi dari temen-temen Kementerian Politik dan Strategis yang dibawah BEM FISIP seperti itu," ujar Tuffa.
Presiden BEM tersebut juga menuturkan bahwa kajian dan diskusi yang merupakan salah satu program kerja BEM itu memiliki topik yang saling bersambung.
"Dari awal isunya adalah mengawal pemilu, selain itu kita juga mengawal terkait pelanggaran kasus HAM, itu yang perlu temen-temen media ketahui," imbuhnya.
Karangan bunga/papan ucapan selamat untuk Prabowo-Gibran tersebut kata Tuffa merupakan puncak ekspresi sekaligus hasil dari rangkaian kajian, diskusi, dan karya lainnya yang diselenggarakan oleh Kementerian Politik dan Kajian Strategis (Polstrat).
BACA JUGA:50 Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2024 Untuk Ide Caption Postingan di Media Sosial
BACA JUGA:Dekan FISIP Unair Sebut Ucapan Selamat BEM Bukan Satire, melainkan Hate Speech
"Presiden dan wakil presidennya sudah dilantik jadi komitmen kami dari awal pemilu sampai akhir pemilu sampai pasca pelantikan sudah terlaksana, dan itu diekspresikan dengan kreatifitas melalui sarkasme dalam karangan bunga," urai Tuffa.
Mengenai penggunaan diksi yang dinilai kurang sesuai dan tidak mencerminkan budaya akademik, Tuffa menegaskan bahwa BEM tetap kritis, tegas, dan berani dalam pemilihan kata.