OLD but gold. Ungkapan ini banyak kita dengar untuk menggambarkan sesuatu yang bernilai tinggi meskipun usianya sudah tua. Bisa juga untuk menunjukkan kualitas yang bertahan lama dan tidak lekang ditelan zaman.
Frasa old but gold memang populer. Orang sering menggunakannya untuk menyatakan sesuatu yang kualitasnya tetap tinggi meskipun sesuatu itu sudah lama atau tua. Kualitas yang tetap istimewa tanpa bisa tergerus jalannya waktu. Misalnya, tentang lagu-lagu klasik, film vintage, karya evergreen, hingga kenangan yang dianggap tetap relevan dan menyenangkan meskipun kejadiannya sudah lama berlalu.
Lalu, mengapa semua itu disandingkan atau dibandingkan dengan gold alias emas?
Ya, jawabannya adalah karena secara tradisi, emas dianggap sebagai logam mulia yang tidak lekang waktu. Tidak hanya dari segi kualitas fisiknya, tetapi juga dari sisi nilainya.
Stabilitas nilai emas itulah yang membuat logam mulia itu menjadi salah satu pilihan sebagai aset investasi yang aman. Dalam sejarah, orang memilih emas untuk menyimpan kekayaannya karena nilainya yang stabil. Emas juga dianggap lebih tahan terhadap guncangan ekonomi.
Situs mining.com merilis data pada Agustus 2024 bahwa pada 2024, harga emas melonjak hampir 20 persen. Hal tersebut didorong oleh pembelian signifikan dari bank sentral. Naiknya permintaan pada emas tersebut dipicu oleh ketidakpastian geopolitik. Sehingga, banyak bank sentral negara yang melirik emas sebagai safe haven.
Sebagaimana kita ketahui, bank sentral di berbagai negara memiliki cadangan emas sebagai bagian dari kekayaan negara. Emas tersebut disimpan untuk menjaga stabilitas nilai mata uang negaranya.
Emas pun dianggap sebagai hedging instrument atau alat lindung nilai yang aman. Dengan daya tahannya pada perubahan ekonomi, emas bisa melindungi nilai kekayaan dari risiko kerugian akibat fluktuasi pasar.
Karena itu, banyak negara tetap menggunakan emas sebagai cadangan kekayaan yang nilainya stabil. Menurut situs Forbesindia.com, dengan menyimpan emas, negara tetap bisa percaya diri di tengah stabilitas ekonominya, terutama di dalam ketidakpastian finansial. Situs tersebut juga melansir bahwa hingga kuartal kedua 2024, Amerika Serikat masih mengantongi cadangan emas sebanyak 8.133,46 ton. Itu menjadikan Negeri Paman Sam tersebut sebagai pemilik cadangan emas terbanyak di dunia.
Fakta-fakta makro tersebut juga tecermin di skala mikro. Emas juga menjadi pilihan investasi yang aman dalam ranah orang per orang. Sebab, tidak dimungkiri bahwa salah satu kelebihan emas yang membuatnya menarik adalah stabilitas nilainya.
Memang, harga emas juga bisa naik turun sebagaimana komoditas lainnya. Tetapi, secara umum nilainya cenderung stabil jika dibandingkan investasi lain seperti saham atau mata uang kripto yang fluktuasinya tajam. Emas jarang mengalami penurunan nilai yang drastis. Nilainya bahkan cenderung naik dari waktu ke waktu, terutama saat kondisi ekonomi sedang kurang baik.
Hal tersebut terbukti dalam penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Positive Psychology and Wellbeing pada 2022. Dalam sebuah penelitian di India, jurnal tersebut mengkaji pola investasi emas selama pandemi Covid-19 oleh investor perseorangan. Hasilnya, investasi emas justru meningkat selama periode tidak menentu tersebut.
Di ranah mikro, emas juga digemari investor perorangan karena likuiditasnya yang cukup tinggi. Emas mudah dijual kapan saja dan di mana saja. Baik dalam bentuk emas batangan, koin, atau bahkan yang sudah berwujud perhiasan sekalipun. Hal itu memudahkan orang yang sewaktu-waktu membutuhkan dana darurat atau ingin menjual emas untuk mendapatkan keuntungan.
Tidak semua investasi memiliki likuiditas tinggi. Misalnya, properti bisa membutuhkan waktu lama untuk dijual. Prosesnya juga cukup rumit. Sedangkan emas bisa dijual dengan cepat tanpa banyak persyaratan. Itulah yang membuat emas menjadi pilihan investasi yang fleksibel dan mudah dicairkan.
Prinsip Syariah Investasi Emas