“Juara 1,2 maupun 3 dalam tiap kategori tersebut hampir dimenangkan oleh seluruh kontingen,“ ujarnya.
“Ini menunjukkan pemerataan kualitas tiap kontingen sudah cukup baik dan ini sangat membanggakan,“ tambah Ihyan.
Camar Marcheta Putri Dirgantari dan Naufal Alvitra Arung, dari kontingen Kabupaten Bojonegoro, peserta embu berpasangan campuran-Cheta Abrar-Dari Times Indonesia untuk Disway
Penilaian tiap kategori dalam pertandingan itu memiliki kriteria yang berbeda. Untuk randori, dinilai dari ketepatan teknik.
Sedangkan untuk seni atau embu, dinilai dari aspek kerapian teknik dan keharmonisan gerakan.
Ihyan berharap, Shorinji Kempo bisa menjadi salah satu cabang olahraga bela diri yang maju dalam tingkat nasional.
“Paling tidak melalui POPDA ini bisa mencetak bibit-bibit unggul generasi muda yang berkarater. Untuk maju dalam kejuaraan nasional,“ ujar Ihyan.
POPDA XVII Tahun 2024 membuktikan bahwa Shorinji Kempo dapat menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan bakat mereka di bidang beladiri.
Dengan semangat dan persaingan yang sehat, ajang itu berhasil memperlihatkan kualitas para atlet muda yang siap membawa nama Indonesia dalam kompetisi nasional maupun internasional. (*)
*) mahasiswa magang dari jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga.