BRICS dan Reorientasi Arah Kebijakan Pasar Ekspor

Selasa 12-11-2024,23:22 WIB
Oleh: Sukarijanto*

BACA JUGA:Putin Bertemu Sekjen PBB Guterres, Bahas Konflik Ukraina di KTT BRICS

Terdapat pergeseran dalam pangsa PDB global antara G-7 dan BRICS. PDB G-7 terus menyusut dari 1992 sebesar 45,5% menjadi 16,7% pada 2024. Dengan PDB agregat aliansi BRICS lebih dari USD 60 triliun atau setara Rp 900.000 triliun (asumsi USD 1 = Rp 15.000) dan total pangsa pasar global melebihi indikator pertumbuhan aliansi negara G-7. 

Dalam beberapa dekade terakhir, lebih dari 40% pertumbuhan PDB global dan seluruh dinamika ekonomi global kelak akan diraih negara-negara BRICS. 

Sebagai gambaran, Tiongkok saja memiliki kekuatan ekonomi yang didukung sepuluh bank beraset terbesar sejagat, empat di antaranya bank dari Tiongkok. Bahkan, empat bank itu berurutan menduduki posisi teratas bank dengan aset tergendut dunia. 

BACA JUGA:Menlu Sugiono Hadiri KTT BRICS Plus 2024 di Rusia

BACA JUGA:Arah Kebijakan Politik Luar Negeri Prabowo: Pertahankan Prinsip Non-Blok hingga Gabung BRICS

Peringkat teratas diduduki Industrial & Commercial Bank of China (ICBC) yang per kuartal III 2020 lalu tercatat memiliki aset lebih dari USD 10,88 triliun. Menyusul China Construction Bank dengan total aset USD 7,23 triliun, lalu Agricultural Bank of China yang memiliki aset USD 6,15 triliun, dan Bank of China dengan aset USD 12,93 triliun. 

Dapat dibayangkan, aset empat bank Tiongkok tersebut setara 48% dari total aset 10 bank terbesar dunia.

Pada skala domestik, empat bank terbesar dunia tersebut menguasai 35,65% pangsa pasar aset perbankan di Tiongkok. Merujuk data China Banking Regulatory Commission (CBRC) yang dikutip Xinhua, total aset sektor perbankan Tiongkok mencapai lebih dari USD 63 triliun per akhir November 2017. 

BACA JUGA:Jokowi Ingin KTT BRICS Bisa Reformasi Tata Kelola Dunia

BACA JUGA:Akademisi Indonesia Ikut BRICS 2nd Postgraduate 2023 di Afrika Selatan

Nilai aset tersebut meningkat 10% dari periode sama 2016. Di samping itu, Tiongkok memiliki PDB terbesar negara BRICS, sebesar USD 16,86 triliun, pada 2021.

Dengan demikian, tak mengherankan, pada saat penutupan KTT BRICS, pertemuan aliansi ekonomi itu telah menghasilkan komunike bersama yang bernama Deklarasi Kazan. Sebuah deklarasi yang berbau ”tantangan” kepada Barat bahwa sebuah kekuatan hegemoni baru tampil dan mengakomodasi negara lain yang tidak puas dengan dinamika tatanan ekonomi global selama ini.

POTENSI PASAR EKSPOR 

Lima negara yang telah menginisiasi terbentuknya BRICS dipandang banyak analis ekonomi dan politik dunia sebagai rival baru kekuatan ekonomi Barat. Sementara itu, ada lima negara tambahan lain yang resmi bergabung, yakni Arab Saudi, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Mesir, dan terakhir Indonesia. 

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS dapat membuka lembaran baru di sektor perdagangan internasional. Sebagai negara berkembang dengan komoditas andalan kelapa sawit, batu bara, hingga produk pertanian, Indonesia mampu lebih leluasa menjangkau pasar potensial, seperti Brasil dan Afrika Selatan, yang permintaan produk tersebut cukup tinggi. 

Kategori :