HARIAN DISWAY - Pemerintah prefektur Yamanashi punya ide anyar untuk mengatasi polusi dan kepadatan pendakian di Gunung Fuji. Mereka akan membangun sistem tram tanpa rel hingga ke puncak. Kereta yang digunakan akan menggunakan roda karet. Dan sistem transportasinya dibuat China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC).
Rencana itu menggantikan ide sebelumnya. Yakni, membangun sistem light rail dari kaki gunung hingga ke Pos Kelima di jalur pendakian Yoshida.
Jalur itu memang salah satu rute utama menuju puncak gunung berapi setinggi 3.776 meter tersebut. Karena itu, dalam musim pendakian, jalur tersebut akan sangat ramai. Sampai overcrowded. Terlalu banyak orang yang naik.
Sumber dari kantor berita Reuters mengatakan bahwa pemerintah setempat akan segera mengumumkan rencana tersebut. Dan keputusan pengubahan rencana itu diambil lantaran ide yang lama dianggap kurang pas. Perlu biaya yang besar untuk membangun sistem kereta ringan. Selain itu, pembangunan jaringan kereta ringan juga dikhawatirkan bisa merusak lingkungan.
BACA JUGA:Kunjungan ke Gunung Fuji Menyusut, Jepang Tetapkan Kuota 4 Ribu Pendaki
BACA JUGA:Warga Kota Fujikawaguchiko Bangun Tembok Penghalang View Gunung Fuji
Gunung Fuji membentang di antara Prefektur Yamanashi dan Shuzuoka. Gunung berapi berbentuk kerucut itu memang telah lama menjadi destinasi favorit wisatawan. Tetapi, jumlah pengunjung dalam beberapa tahun terakhir sangat melonjak.
Jepang memang punya tanggung jawab besar pada Gunung Fuji. Sebab, gunung suci itu sudah ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada 2013.
LOKET POS 5 di Narusawa, Prefektur Yamanashi. Di sinilah pendaki akan meneruskan berjalan kaki hingga puncak. Pos ini pula yang akan menjadi titik pemberhentian tram buatan CRRC.-PHILIP FONG-AFP-
Konsekuensinya, Jepang harus mengurus apa pun yang terkait kelestarian Gunung Fuji. Misalnya, mengurangi dampak buruk pariwisata. Hingga mengawasi elemen-elemen buatan manusia—semacam tempat parkir—yang berpotensi mengubah lanskap alami gunung tersebut. Jika tidak terjaga, maka status Gunung Fuji sebagai situs warisan dunia bisa dicabut.
Selama musim pendakian musim panas dari Juli hingga September tahun ini, Gunung Fuji menerima 204.316 pendaki. Kondisi itu mendorong pihak berwenang untuk mencari solusi transportasi yang dapat mengontrol jumlah pengunjung tanpa mengurangi aksesibilitas.
Nah, sistem tram yang diajukan oleh Yamanashi menggunakan teknologi Autonomous Rapid Transit (ART) dari CRRC. Anda sudah tahu, CRRC adalah pabrik kereta api terbesar di dunia. Pusatnya ada di Qingdao, Provinsi Shandong. Produk mereka sudah tersebar di berbagai negara. Termasuk Indonesia. Yakni, kereta Whoosh Jakarta-Bandung.
GO INTERNATIONAL, kereta buatan CRRC juga diproduksi di luar Tiongkok. Tampak seorang pekerja mengamati kereta otonom CRRC di Hebbagodi Bangalore Metro Rail Depot, Bengaluru, Maret 2024.-IDREES MOHAMMED-AFP-
Tram generasi baru itu beroperasi tanpa rel. Ia menggunakan penanda magnetik di jalan. Sehingga bisa beroperasi tanpa awak. Terlebih tram itu direncanakan menggunakan hidrogen lokal sebagai sumber daya. Sehingga bisa lebih ramah lingkungan.
Pemerintah Yamanashi memperkirakan bahwa proyek itu dapat memangkas biaya hingga 40 persen dibanding usul sebelumnya. Kalau memakai sistem light rail, dana yang dibutuhkan adalah 140 miliar yen. Itu senilai dengan Rp 14 triliun.