Batik Cap Dolly, Warga Eks Lokalisasi Berkolaborasi dengan PCU, Kreasikan Batik Ramah Lingkungan

Selasa 19-11-2024,16:29 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Guruh Dimas Nugraha

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Di dalam Pasar Burung Dolly, warga RT 4/RW 12, warga bersama para akademisi dari Petra Christian University (PCU), memproduksi batik cap pada Selasa, 19 November 2024. Mereka membuat stempel cap untuk mengkreasikan beragam motif dan ramah lingkungan.

Biasanya, cap untuk membatik terbuat dari tembaga. Harganya pun mahal. Mengakali itu, warga Gang Dolly membuat cap dari kertas karton dan triplek dupleks daur ulang. Dari cap-cap buatan tangan itu, terciptalah motif-motif yang dibuat menggambarkan ciri khas Dolly.

Misalnya, sandal, anggur, dan masih banyak lagi. Mereka melakukan pengecapan di atas kain putih. Ada juga yang mewarnai motif-motif itu setelah melakukan proses peluruhan batik menggunakan malam. Sejak mereka beralih dari batik canting menjadi batik cap, jumlah produksi meningkat berkali-kali lipat.

"Dulu kami sebulan hanya bisa membuat 1 kain batik. Tetapi kini, kami bisa membuat 12," ucap Ketua RT 4/RW 12 Suyono. Sebetulnya, program membatik cap itu terhitung baru. Yakni 2 minggu. Tetapi mereka sudah banyak membuat motif dari cap daur ulang itu.

BACA JUGA:Risma Terpesona Keindahan Batik Khas Probolinggo, Potensi Jadi Pahlawan Ekonomi Jatim

BACA JUGA:Kunjungi Pengrajin Batik Sidoarjo, Khofifah Janji Perluas Pasar Batik di Jawa Timur


Aniendya Christianna (tengah) bersama Ibu-Ibu Gang Dolly membuat batik cap khas Gang Dolly. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY

"Minggu lalu saya bersama warga ke Jombang. Di sana, kami belajar membatik cap dan melihat prosesnya. Dari situ kami tercetus ide untuk membuat batik cap khas kampung kami," ujarnya. Batik khas itu diwujudkan dalam motif cap. Sehingga hasilnya terlihat otentik dan bernilai ekonomis tinggi. Melihat itu, PCU ingin mendorong semangat mereka dengan lebih cepat.

Ketua Tim Hibah Pengabdian Masyarakat PCU Aniendya Christianna menyebut bahwa potensi batik cap khas warga eks lokalisasi Dolly itu sangat bagus. Dengan dana hibah yang diberikan Kemendikbudristek, PCU berkolaborasi dengan pengurus kampung setempat.

"Tim hibah kami terdiri dari beberapa dosen dari berbagai jurusan. Misalnya, saya yang berasal dari jurusan DKV, lalu ada dari IBM, Finance and Investment, dan Manajemen Hotel," jelasnyi. Jadi, selain menguatkan kualitas produk, PCU juga membantu memberi arahan tentang bagaimana pengelolaan keuangan dan pemasaran digital.

BACA JUGA:Khofifah ke Bangkalan, Kunjungi Sentra Produksi Batik Tanjung Bumi

BACA JUGA:Dukung Inklusivitas dan Usaha Lokal, Mercure Surabaya Grand Mirama Gelar KarnavALL Batik Indonesia


Batik Cap membuat Gang Dolly Merekah kembali. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY

Warga pun merasakan dampak langsung dari kolaborasi itu. Menurut Suyono, dengan adanya program batik cap itu, efisiensi produksi bisa meningkat dengan signifikan.

Suyono juga menjelaskan bahwa beberapa hari ke depan mereka akan diajari berjualan lewat live streaming media sosial. Ia berharap kolaborasi itu bisa menghasilkan nilai ekonomi yang besar. Sehingga Dolly bukan lagi mendapat stigma sebagai eks lokalisasi. Tetapi sentra kriya kerajinan.

Kategori :