MAS lari. Melewati pos penjagaan kompleks dan lolos ke jalan raya. Pada saat itu pos kosong tanpa penjaga. Sebab, para penjaganya sibuk mencari pelaku, yang informasinya saat itu belum jelas, kejadiannya apa.
Kepala sekuriti setempat, Sulaiman, kepada wartawan mengatakan, dalam informasi yang belum jelas itu, para anak buahnya bergerak mencari tahu sehingga tidak tahu pelakunya. Padahal, pelaku jalan kaki keluar meninggalkan kompleks perumahan menuju jalan raya.
Sulaiman: ”Dalam waktu cepat, kami mencari tahu persoalan, akhirnya jelas. Dan, salah seorang anggota kami memang ada yang melihat pelaku jalan kaki keluar kompleks. Tapi, ia biarkan. Sebab, tahu bahwa itu kan warga kami.”
Setelah tahu, Sulaiman menelepon anak buahnya agar segera mengejar MAS yang baru saja meninggalkan gerbang kompleks perumahan tersebut. Maka, dikejar.
Sulaiman: ”Anak buah saya bermotor mengejar pelaku. Untungnya ketangkap. Pelaku ditangkap anak buah di jalan raya dekat lampu merah. Ia tidak bersenjata. Tapi, wajah, tangan, dan bajunya berlumuran darah semua. Ia ditangkap, diamankan dulu di pos. Sekaligus kami telepon polisi.”
Tim polisi tiba di TKP. Segera melakukan olah TKP.
Ruth Megawati meninggal di tempat. Argadipa masih hidup, tapi sudah sangat kritis. Ia dilarikan ke rumah sakit, tetapi meninggal dalam perjalanan.
Darah berceceran di berbagai tempat. Di kamar Argadipa, di luar kamar, di jalan menuju tangga, di anak tangga, di ruang tengah, di garasi, di pintu pagar halaman depan, serta di luar pagar, bahkan di jalanan kompleks.
Di jalanan kompleks, polisi menemukan pisau dapur bergagang kayu. Itulah senjata yang dipakai pelaku.
AKBP Gogo: ”Kami mengusut ini menerapkan sesuai prosedur hukum yang berlaku terhadap pelaku anak di bawah umur. Sekarang pelaku sedang belum bisa diajak bicara. Ia lebih banyak diam. Bicara sedikit, diam lagi.”
Polisi belum menerapkan pasal hukum terhadap pelaku meski sudah ditahan di polres. (*)