PERSAINGAN otomotif di Indonesia semakin ketat. Brand dari Tiongkok perlahan menguasai pasar otomotif Tanah Air. Sehingga, beberapa brand ternama pun mulai tergerus dengan kehadiran brand-brand ini. Khususnya di segmen electric vehicle (EV) alias mobil listrik.
Beberapa brand yang sudah meramaikan pasar otomotif Nusantara di antaranya, Cherry, BYD, dan Wuling. Semua brand itu pun lini mobil EV. Harganya juga sangat kompetitif. Brand yang sudah lebih lama ada di Indonesia pun mulai terkena dampaknya. Salah satunya Hyundai.
Sales Hyundai Gubeng Surabaya Didit Ramadhani mengatakan, penjualan Hyundai pada 2024 mengalami penurunan ketimbang periode yang sama 2023 (yoy). Bahkan, penurunannya bisa mencapai 50 persen.
Menurutnya, salah satu faktor penyebab penjualan Hyundai turun karena banyaknya mobil EV dari Tiongkok. “Dulu, satu-satunya mobil listrik yang paling siap dan harganya di bawah Rp 1 miliar hanya Ioniq 5,” katanya, Rabu, 11 Desember 2024.
BACA JUGA:Super Big Match Red Sparks vs Hyundai Hillstate, Megawati dan Moma Bassoko di Panggung Utama
BACA JUGA:GM dan Hyundai Motors Akan Berkolaborasi Untuk Lahirkan Mobil Listrik Jenis Baru
Ketika itu, Ioniq 5 menjadi mobil andalan yang mereka jual. Paling banyak laku ketimbang tipe lain Hyundai. Kondisi itu terjadi mulai peluncuran Ioniq 5 pada 2022. Bahkan, penjualan se-Indonesia tipe itu sampai menyentuh angka 7 ribu unit.
“Saya biasanya, dalam satu tahun bisa jual mencapai 50 unit. Sekarang sulit sampai segitu. Saya saja saat ini optimistis hanya bisa sampai akhir tahun nanti penjualan Hyundai hanya 22 unit. Sangat ekstrem jatuhnya,” bebernya.
Menurutnya, persepsi masyarakat saat ini juga sudah berubah. Dulu, ketika masyarakat Indonesia dikenalkan dengan brand baru, mereka pasti akan sulit diterima. Banyak ketakutan. “Tetapi sekarang berbeda. Masyarakat lebih mudah untuk menerima brand baru,” tegasnya.
grafis by Arya--
Saat ini brand tidak menjadi penilaian utama. Asal, harganya terjangkau, desain dinilai bagus, pasti akan laku di pasaran. “Misalnya saja BYD. Mereka tidak punya sejarah di pasar otomotif Indonesia. Masyarakat hanya cari di internet saja. Langsung percaya,” tegasnya.
Kondisi itu menurutnya, sama persis yang terjadi saat pandemi Covid-19. “Padahal, ekonomi menurutku sekarang mulai normal. Tahun lalu, penjualan kami di Hyundai Gubeng per bulan bisa mencapai 50-60 unit. Sekarang, belasan. Bahkan pernah di bawah 10 unit,” bebernya.
Unit Hyundai Ioniq 5 N dipamerkan di GIIAS Surabaya, 1 September 2024.-Boy Slamet-
Walaupun, ia membeberkan, dua sampai tiga bulan terakhir ini, penjualan di dealer-nya sudah kembali naik. Sudah berada di atas 20 unit per bulannya. “Mulai naik perlahan-lahan. Tetapi tidak seperti tahun lalu,” ucapnya.
Faktor lainnya yang membuat turunnya penjualan mobil adalah rencana pemerintah Indonesia menaikkan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen