Bila menilik perkembangan generasi bangsa Indonesia dari tahun 1959 saat penetapan peringatan Hari Ibu, maka “Ibu Bangsa” Indonesia telah melahirkan generasi X, Y, Z, dan Alpha dengan berbagai tantangan yang berbeda di setiap generasinya.
BACA JUGA: Plt Wali Kota Pasuruan Rayakan Peringatan Hari Ibu, Bangga Peran Perempuan untuk Pembangunan
Belum lagi di saat pandemik Covid-19, seorang Ibu dituntut untuk menjadi guru di rumah bagi anak-anaknya dan harus melek teknologi untuk mendukung proses pembelajaran daring.
Para ibu pun akhirnya menjadi canggih dalam menggunakan berbagai fitur dan aplikasi yang ditawarkan oleh berbagai macam telepon genggam.
Pascapandemik Covid-19, para ibu yang tidak perlu lagi mendampingi anak-anaknya belajar, memanfaatkan kepiawaiannya untuk berbisnis online, untuk membantu dan menambah kebutuhan finansial keluarga.
BACA JUGA: Ibu Berdaya Lewat Laz Affiliates, Kisah Inspiratif Putri Lasim di Hari Ibu 2024
Tapi bukan berarti tugas sebagai “Ibu Bangsa” telah berakhir karena terbantu oleh berbagai teknologi canggih di era digital saat ini. Sebaliknya, tugas seorang ibu semakin penuh tantangan, yaitu mampu berjalan beriringan dengan perkembangan informasi yang begitu massif dari berbagai platform media sosial yang dapat diakses dengan sangat mudah oleh anak-anaknya.
Ibu memiliki daya endurance dan resilience yang tinggi. Dengan kata lain, ibu adalah “Wonder Woman” atau “Super Mom”. --Freepik
Biasanya, peringatan Hari Ibu dirayakan oleh anak-anak dengan memberi hadiah spesial untuk Ibu, membebaskan Ibu dari pekerjaan rumah walau hanya sehari, atau berbagai bentuk peringatan sebagai ungkapan rasa terima kasih anak-anak kepada ibunya.
Namun saat ini, peringatan Hari Ibu diisi dengan pelatihan-pelatihan bagi para Ibu agar bisa memahami anak-anak yang tumbuh dengan dua dunia, dunia maya dan dunia nyata.
BACA JUGA: Mengomunikasikan Esensi Hari Ibu: Bersuara Lebih Lantang
Pelatihan-pelatihan parenting justru semakin giat diselenggarakan oleh berbagai organisasi karena adanya gap yang cukup besar antara generasi Ibu dan generasi anak.
Banyaknya kekerasan pada anak-anak baik kekerasan fisik maupun seksual menjadi tanggung jawab seorang ibu sehingga yang mendapat pelatihan literasi bullying tidak hanya anak-anak tetapi juga para Ibu.
Belum lagi untuk generasi strawberry saat ini di mana anak-anak tampak sangat cerdas dan kreatif tetapi sangat rentan secara kejiwaannya sehingga mudah terpuruk, stress, dan depresi menjalani hidup yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
BACA JUGA: Diperingati Setiap 22 Desember, Yuk Simak Sejarah Hari Ibu di Indonesia
Pertanyaan selanjutnya, mengapa harus ibu yang bertanggung jawab? Mengapa semuanya ada pada pundak ibu? Saat ibu berjalan, kedua tangannya menggandeng anak-anaknya, dan bila tak cukup kedua tangan menggandeng, maka punggungnya pun digunakan untuk menggendong.
Inilah jawaban dari pertanyaan diatas. Ibu memiliki daya endurance dan resilience yang tinggi. Dengan kata lain, ibu adalah “Wonder Woman” atau “Super Mom”.