BACA JUGA:Kemenkominfo: Mahasiswa di Indonesia Bisa Belajar Bikin Game lewat IGDX 2023
Sebelum mendirikan Mojiken, Eka sempat bergabung dengan startup pengembang gim di kampusnya pada tahun 2012. Alumni DKV ITS ini mulai belajar seluk beluk dunia gim.
Berbekal pengalaman 6 bulan menjadi visual artist, Eka akhirnya ia memberanikan diri untuk membangun studionya sendiri. Pada tahun 2013, berdirilah Mojiken Studio dengan anggota awal yang hanya berjumlah 6 orang.
Mulanya Eka berpikir Mojiken akan dikembangkan menjadi studio ilustrasi. “Tetapi karena persaingan di industri ilustrasi sudah begitu sulit, saya mencoba mengajak teman-teman untuk beralih ke gim,” lanjutnya.
Saat itu industri gim tidak seperti sekarang. Dulu mereka membuat gim sederhana berbasis website yang dijual di situs-situs penyedia gim internet. Hasilnya cukup lumayan, setiap gim bisa dihargai 1000 sampai 5000 dollar Amerika.
BACA JUGA:Naughty Dog Kenalkan Game Intergalactic: The Heretic Prophet di The Game Awards 2024
BACA JUGA:The Game Awards 2024, Ryu Ga Gotoku Studio Pamer Game Terbaru Bertajuk Project Century
Tim Mojiken Studio saat melakukan proses pengembangan IP terbaru mereka. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
Meski begitu, tidak selalu karya mereka bisa mendulang keuntungan. Jadi Eka memutuskan untuk membuka jasa pembuatan visual gim. Seperti pembuatan karakter, aset, efek, dan semua yang berhubungan dengan visual dalam gim.
Memang finansial mereka jauh lebih baik ketimbang saat membuat gim sendiri. Tetapi, Eka merasa kalau begitu terus Mojiken bisa-bisa kehilangan jati diri. “Apalagi visi utama Mojiken Studio adalah hidup dari karya, bukan dari jasa,” ucap Eka.
Eka lantas mengambil keputusan ekstrem. Pada tahun 2015, Mojiken menutup jasa pembuatan seni visual gim. Berbekal nekat, Eka dan kelima temannya berusaha kembali membuat gim. Bukan lagi gim berbasis website, tetapi mulai merambah ke gim komputer yang jauh lebih rumit pembuatannya.
Karena belum jago bahasa pemrograman, keenam orang itu mengakalinya dengan menggunakan Construct 2. Sebuah mesin pembuat gim yang lebih simple. Tidak perlu coding, hanya perlu memasukan aset-aset art-nya saja.
BACA JUGA:Indonesia Jadi Juri di The Game Awards 2024, Bukti Pengakuan Dunia
BACA JUGA:The Game Awards 2024, Nominasi yang Membingungkan dan Beberapa Kejutan Kecil
Gim-gim yang dihasilkan lantas diunggah ke Itch.io, website para pengembang gim indie untuk merilis gim mereka. Berbagai judul sudah mereka rilis di sana salah satunya adalah A Space For The Unbound. Tak disangka ternyata gim buatan Mojiken Studio disukai banyak gamer dari seluruh dunia.
Karena melihat potensi tersebut, Eka bersama timnya coba-coba membuat rilisan dan merchandise-nya. Sambutannya cukup positif, salah satu pembelinya adalah CEO dan Pendiri Toge Productions Kris Antoni.
Itulah awal mula Mojiken bekerjasama dengan pengembang dan publisher gim yang lebih besar. “Kamipun menjadi tim sampingan dari Toge Productions, ironisnya kami harus kembali mengerjakan gim punya orang lain,” begitu ucapnya lalu terkekeh.
Dua tahun kemudian Mojiken terus berkembang, pada tahun 2017 sudah menjadi PT. Dengan badan hukum yang baru, Mojiken Studio mendapatkan suntikan dana saham dari Toge Productions.
Tidak hanya itu, A Space for the Unbound memenangkan SEA Games Awards 2020 untuk kategori Best Storytelling, Valencia Indie Games 2021, Japan Game Awards, Game of The Year di ajang Indonesia Game Awards 2023, serta dinominasikan untuk New York Game Awards, dan 24th Game Developers Choice Awards tahun 2024. (*)