Menelisik Polemik Politik Korea Selatan, Enam Pekan Penuh Drama

Kamis 16-01-2025,19:02 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Polisi mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki Yoon kroninya atas tuduhan pemberontakan.

7 Desember 2024: Permintaan Maaf Yoon

Yoon muncul meminta maaf dalam pidato yang disiarkan langsung televisi. Ia mengaku bersalah karena menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan pada warga Korsel.

Puluhan ribu pengunjuk rasa anti-Yoon berkumpul di luar parlemen.

Mosi pemakzulan gagal beberapa jam kemudian, dan Yoon tetap berkuasa.


FOTO PRESIDEN Yoon Suk-yeol ditayangkan pada televisi di sebuah terminal bus di Seoul, 15 Januari 2025.-ANTHONY WALLACE-AFP-

9 Desember 2024: Yoon Dicekal

Pada 8 Desember 2024, Kim Yong-hyun yang telah mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan beberapa hari sebelumnya ditangkap. Ia dituding berperan dalam deklarasi darurat militer. Menteri dalam negeri mengundurkan diri.

Partai oposisi utama mengatakan akan mencoba memakzulkan presiden lagi pada 14 Desember 2024.

Keesokan harinya, kementerian kehakiman mengumumkan bahwa Yoon dilarang bepergian ke luar negeri.

Pada 12 Desember, Yoon kembali membela diri. Ia mengatakan bahwa darurat militer diperlukan karena oposisi menjerumuskan Korsel ke dalam krisis nasional.

14 Desember 2024: Yoon dimakzulkan

Dari 300 anggota parlemen, 204 memilih untuk memakzulkan Yoon. Lalu, 85 orang menolak mosi tersebut.

Yoon diskors dari jabatannya sementara. Mahkamah Konstitusi Korea Selatan diberi waktu enam bulan untuk mempertimbangkan pemungutan suara tersebut.

Perdana Menteri Han Duck-soo menjadi pemimpin sementara negara.

Pemungutan suara diikuti oleh suasana suka cita di antara puluhan ribu demonstran di depan gedung parlemen.

Kategori :