Rindu Rumah, Cium Tanah, Gencatan Senjata di Jalur Gaza Disambut Gembira

Senin 20-01-2025,19:06 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY – Penantian 15 bulan itu mulai menunjukkan titik terang. Setidaknya, selama 42 hari gencatan senjata, warga Gaza bisa sedikit tenang. Bisa kembali ke tempat asal yang sejatinya nyaris hilang.

Gencatan senjata yang dimulai Minggu, 19 Januari 2025, itu nyaris batal. Sebab, di detik-detik akhir, Israel masih melancarkan serangan. Akibatnya, 19 orang tewas dan 25 lainnya terluka.

Tetapi, saat pertempuran berhenti, yang menyeruak adalah suka cita. Ribuan warga kembali ke kampung halaman masing-masing. Mereka membawa tenda, pakaian, dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.

Meskipun, kampung halaman mereka berubah tak terbayangkan. Rata dengan tanah. Apa pun, kegembiraan itu tak bisa ditutupi.

BACA JUGA:Trauma Anak-anak Gaza, UNICEF Serukan Bantuan Kemanusiaan!

BACA JUGA:Gencatan Senjata Baru Berlaku Minggu, Israel Masih Gencar Serang Gaza

’’Saya sangat gembira. Aku akan pulang dan mencium tanah Gaza,’’ seru Wafa al-Habeel, warga Gaza City yang mengungsi di Khan Younis.

Dan di Gaza City, warta berparade di jalanan. Mereka menari-nari sembari melambaikan bendera Palestina. ’’Jangan lagi memainkan emosi kami. Kami sudah lelah!’’ kata Maha Abed, pengungsi dari Rafah yang berusia 27 tahun.


TIMBUNAN PUING memenuhi jalanan di Jabalia, Jalur Gaza. Para pengungsi melintasi kawasan itu untuk mencari rumah masing-masing.-OMAR AL-WATTAA-AFP-

Euforia warga itu tetap diwaspadai oleh pasukan Israel. Mereka melarang warga Gaza mendekati teritori Israel. ’’Kalau Anda berjalan terlalu ke selatan, itu sangat berisiko. Jangan dekati wilayah demarkasi kami,’’ kata juru bicara pasukan Israel, Avichay Draee, melalui Telegram.

Warga Israel juga ikut senang terhadap gencatan senjata itu. ’’Saya sebenarnya tidak percaya kedua belah pihak. Selalu muncul masalah di detik-detik akhir. Tapi, ya, saya senang,’’ kata David Gutterman, seorang sopir taksi.

Shai Zaik, pekerja museum seni di Tel Aviv, ibu kota Israel, juga bimbang mengungkapkan perasaan aslinya. ’’Apa pun, gencatan senjata ini membangkitkan harapan baru,’’ katanya. Semoga. (*)

 

Kategori :