Ia menjadikan non-fiksi sebagai ziarah batin yang merawat akar budaya, mengangkat suara mereka yang sering luput dari perhatian, dan menegaskan bahwa pengetahuan yang paling jernih sering lahir dari tawa dan air mata rakyat jelata.
3. Dermakata Award 2025 – Fiksi: Kaisar Deem. Hadiah: piagam + Rp 35 juta
Kaisar Deem memenangkan Dermakata Award kategori Fiksi melalui kumpulan cerpen Jose Kecil dalam Dirimu. Karyanya menyuarakan memori kelam sejarah melalui sosok Jose, bocah penyintas Timor Leste, yang berbicara dengan bahasa yang jujur dan mengguncang.
BACA JUGA: Denny JA: Perlu Kebijakan Baru untuk Melindungi Generasi Rentan
Lahir dari keluarga sederhana di Makassar, Kaisar memilih jalur realisme sosial: menulis tentang luka yang tak terlihat, penderitaan yang sering dihindari, dan ketidakadilan yang tak diberi ruang bicara.
Ia menghadirkan fiksi sebagai perlawanan senyap terhadap lupa kolektif bangsa. Kepekaan moral, kesederhanaan bahasa, dan keberaniannya mengungkap sisi gelap kemanusiaan membuat karyanya mendapat pengakuan kuat dari para juri.
4. Puisi Esai Award 2025 – Fatin Hamama. Hadiah: piagam + Rp 35 juta
Fatin Hamama dianugerahi Puisi Esai Award 2025 atas kemampuannya memadukan riset sosial, spiritualitas, dan suara kemiskinan urban menjadi karya puitik yang lembut tapi menggetarkan.
BACA JUGA: Lima Nama Besar Dunia Seni Rupa Indonesia Ini Respons Lukisan Denny JA sebagai Genre Baru
Dalam Puisi dan Bunga Kangkung serta Mazmur Duka Mazmur Cinta, ia menulis dari lorong-lorong kehidupan: tepian kali, tubuh lapar, cinta yang patah, dan ruang kota yang kehilangan arah.
Lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, ia membawa puisi esai ke forum internasional sebagai bahasa empati dan penyembuhan. Karyanya memperlihatkan bahwa puisi bukan hanya keindahan kata, tetapi juga upaya merawat martabat manusia di tengah dunia yang makin keras.
Denny JA, pendiri Denny JA Foundation, mengatakan bahwa empat penerima penghargaan tahun ini menunjukkan bahwa di tengah teknologi yang semakin canggih, masyarakat tetap membutuhkan kedalaman kata-kata.
Mereka bukan hanya penulis, tetapi penjaga nurani bangsa. "Karya-karya mereka mengingatkan kita bahwa kata-kata yang jujur dapat menjadi cahaya yang menuntun masyarakat menuju kemanusiaan yang lebih luhur,” katanya.
Denny JA Foundation berkomitmen membangun ekosistem literasi Indonesia melalui dana abadi penghargaan penulis, program penerjemahan, dan dukungan bagi kreator di era AI.
Di tengah dunia yang dipenuhi algoritma dan artificial intelligence, keempat karya pemenang justru menegaskan keunggulan manusia: hati yang berempati, pikiran yang merenung, dan kata-kata yang menyentuh jiwa. Ini sebagai penanda peradaban yang tetap manusiawi.