SURABAYA, HARIAN DISWAY – Perlu banyak upaya untuk meningkatkan literasi masyarakat di era digital. Salah satunya dengan melakukan edukasi kepada masyarakat agar bisa membedakan media yang profesional dan yang abal-abal.
Isu tersebut ditekankan narasumber dalam Dialog Khusus bertajuk Pers Indonesia dan Tantangan Jurnalisme Digital pada HUT ke-15 TV9 Nusantara di Kantor TV9 Surabaya, Jumat, 31 Januari 2025 malam. TV9 Nusantara lahir di Surabaya pada 31 Januari 2010.
Narasumber dalam perbincangan itu adalah Ahmad Wiliyanto (Ketua IJTI Jatim/RCTI), Tomy Gutomo (Dirut Harian Disway), Gus Yusuf Adnan (Direktur NU Online Jatim), Dheni Ines Tan (Mafindo Jatim), dan Edy M Yakub (Penulis Buku Kesalehan Digital/LKBN ANTARA Jatim).
"Awalnya, munculnya platform digital menimbulkan kegelisahan kalangan pers karena masyarakat mulai melirik media digital sebagai sarana informasi, sehingga terjadi pergeseran dari media ke gadget, atau ada pemirsa TV yang hilang," kata Ketua IJTI Jatim Ahmad Wiliyanto.
BACA JUGA:Pesawat Ambulan Pengangkut Pasien Jatuh di Philadelphia, Membakar Rumah Warga
BACA JUGA:Bareskrim Polri Ungkap Dugaan Pemalsuan Dokumen Girik di Pagar Laut Tangerang
Jurnalis senior televisi itu menjelaskan kegelisahan itu muncul akibat dampak era digital dari sisi bisnis. Kondisi itu memaksa media elektronik untuk turut melebur dalam dunia media digital/sosial, yakni melebur secara teknis dan konten.
"Itulah yang disebut konvergensi media. Secara teknis, TV pun harus menjadi platform TV di gadget/HP. Lalu secara konten harus masuk ke jalur sebaran lewat YouTube, sekaligus memperhatikan informasi yang viral tapi produksi tetap melalui kaidah jurnalistik," katanya, dalam perbincangan yang dipandu host TV9 Ely Prabowo.
Tayangan live Dialog tentang media pada peringatan HUT ke-15 TV9 Nusantara. -TV9 Nusantara-
Hal yang sama juga dialami media cetak yang juga terjun ke media online. "Ya, sekarang memang terjadi banjir informasi, sehingga masyarakat tidak bisa membedakan media yang mainstream dan tidak, mana berita dan mana informasi," kata Dirut Harian Disway Tomy Gutomo.
Namun, lanjut Tomy, dalam beberapa tahun terakhir ada "kabar baik" karena masyarakat yang mulai mencari informasi yang benar. Media online pun bisa berkembang meskipun masih ada tantangan besar dari sisi bisnis. Ini karena karakter pembaca media online umumnya ingin gratis dan menghindari iklan.
"Secara bisnis pun ada masalah, karena 'kue' bisnis sekarang ada pada pemerintahan atau APBN/APBD serta algoritma Google. Muncul problem independensi juga. Alhamdulilah, Google mulai berbenah dan melakukan upaya mencegah plagiasi," katanya.
BACA JUGA:Ombudsman RI Soroti Persoalan Klaim Mandek Ratusan RS Jatim di BPJS Kesehatan
BACA JUGA: Tukin Dosen ASN Dipastikan Cair Tahun 2025, tapi Tidak untuk 2020-2024
Sementara itu, Direktur NU Online Jatim Gus Yusuf Adnan menyatakan, tantangan yang sama juga dihadapi media dengan publik yang segmented seperti NU Online. Tantangan terbesar era digital adalah literasi pemirsa, kecepatan delivery konten, dan gempuran algoritma dari Google sebagai platform digital yang "mengatur" narasi global.