Diulas juga, cara menganalisis tingkat potensi ancaman. Ia memberikan kiat melindungi diri dari psikopat.
Repotnya, psikopat tidak punya tanda khusus pada fisik. Misalnya, hidung besar, mata suka melotot, kuping lebar, atau sejenisnya.
Psikopat tampak normal. Ia baru terdeteksi oleh Joe (saat jadi profiler FBI dulu) setelah interogasi sepuluh hingga dua puluh menit.
Terus, bagaimana karakter psikopat?
Joe dalam wawancara dengan Marty Nemko, dimuat di Psychology Today, 26 Oktober 2014, berjudul Dangerous Personalities: Recognizing and Responding to People Who Make us Feel Uncomfortable, mengungkapkan sebagian besar isi buku tersebut.
Dibuka dengan kalimat begini: ”Kita semua sehari-hari berurusan dengan orang-orang yang membuat kita tidak nyaman, mungkin melelahkan kita, bahkan membuat kita takut. Di antara mereka itu ada psikopat.”
Marty Nemko (NM): Buku Anda mengidentifikasi empat tipe kepribadian yang berbahaya. Apakah ada beberapa yang paling penting?
Joe Navarro (JN): Ya, tetapi sebelum mencantumkannya, saya ingin menekankan bahwa empat tipe tersebut tidak boleh digunakan untuk melabeli seseorang. Cukup Anda analisis, demi keselamatan diri Anda jika berhadapan dengan psikopat.
JN memperinci empat tipe tersebut. Pertama, narsistik.
Orang yang berharap selalu diperlakukan istimewa dan diberi prioritas. Dalam perkataan dan tindakan, terlalu menghargai diri sendiri dan merendahkan orang lain.
Tidak peduli terhadap Anda, kecuali Anda dapat menolongnya atau ada sesuatu yang diincar dari Anda. Bisa berupa harta, berhubungan seks, atau hal-hal yang menguntungkan si psikopat.
Psikopat pendengar yang buruk, kecuali ia ingin mendapat keuntungan. Selalu mengendalikan orang lain dan menuntut kesetiaan orang lain kepadanya. Jarang merasa bersalah atau meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat.
Kedua, kepribadian tidak stabil. Selalu ingin menjadi pusat perhatian dalam hubungan, membutuhkan perhatian dan kepastian yang berlebihan, dan takut ditinggalkan sampai-sampai melontarkan ancaman atau bertindak fisik jika ditinggalkan.
Sering berperan sebagai korban atau playing victim. Ia marah, yang tidak sepadan dengan keadaannya. Perdebatan yang seharusnya berlangsung beberapa menit dapat berjam-jam.
Ketiga, paranoid. Terlalu curiga terhadap orang, tetangga, bahkan peristiwa dalam berita di media massa. Ia suka meyakini orang lain berusaha menyakiti atau mengeksploitasinya. Sangat moralistik dan menghakimi.
Ia berusaha mengendalikan anggota keluarga secara ketat. Mengeklaim bahwa kegagalan di tempat kerja, kehidupan, atau hubungan asmara merupakan kesalahan orang lain.