Politik Durian

Kamis 20-02-2025,14:56 WIB
Reporter : Arif Afandi
Editor : Yusuf Ridho

”Kapan hari ada satu keluarga dari Palopo, Sulawesi. Ia terbang ke Surabaya, terus ke Blitar, hanya ingin makan durian di sini. Juga, ada rombongan keluarga dari Jogja,” katanya penuh semangat.

Karena itu, Anna Lutfie mengategorikan penggemar durian itu sebagai loyalis sejati. Kalau sudah kepengin, di mana pun didatangi. ”Tingkat loyalitasnya di atas loyalitas orang PDI Perjuangan ke partainya,” katanya, lantas tertawa.

Ia terinspirasi menjadi petani durian dari seniornya di PAN, Al Hilal Hamdi. Menteri di era Presiden Gus Dur itu kini sudah berkebun durian premium seluas 60 hektare. Dari awalnya hanya memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumahnya.

BACA JUGA:Durian Ngawi Bisa Jadi Andalan Baru

BACA JUGA:Singapura Bikin Perban Antibakteri dari Kulit Durian

Ia bertambah semangat bergulat di Republik Durian setelah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke kebunnya. Bahkan, sempat meng-endorse melalui akun TikTok-nyi jelang pemilihan gubernur Jatim beberapa waktu lalu. 

Setelah di-endorse mantan ketua umum Muslimat NU itu, banyak orang luar kota, bahkan luar Jawa, yang berdatangan. ”Sampai sekarang, setiap ada tamu penting, Bu Khofifah minta dikirimi durian blackthorn dan musangking dari sini,” tambah Lutfie.

Ia tak sekadar berkebun. Tapi, ingin menjadikan menanam durian premium sebagai gerakan. Sebagai agenda perang terhadap kemiskinan. Juga, perang terhadap pengangguran. 


ARIF Afandi bersama Anna Luthfie di kebun Republik Durian di Ngaglik, Srengat, Blitar, Jawa Timur.-ARIF AFANDI UNTUK HARIAN DISWAY-

 

Juga, agenda untuk memaksimalkan lahan tidur milik negara maupun ormas keagamaan. Selain itu, bisa menjadi pilihan pekerjaan baru yang superkeren bagi generasi muda.

Bahkan, ia tak berhenti dalam konsep. Anaknya yang baru saja lulus sarjana di Unair kini memilih menekuni dunia pertanian durian dengan senang hati. Sehari-hari, putra tunggalnya yang bernama Rais Akbar Bagaskara berada di kebun Republik Durian yang telah dikembangkan ayahnya.

”Ke depan makin banyak yang mengajak kerja sama untuk mengembangkan integrated farming ini. Karena itu, anak saya yang mulai mengurus kebun ini. Sedangkan saya pasti akan disibukkan dengan mengurus kerja sama dengan orang atau lembaga lain,” tambah Anna Lutfie yakin. 

Berbeda dengan bertani secara konvensional, menanam durian premium itu bisa menjanjikan penghasilan yang besar. Sebab, satu pohon bisa menghasilkan puluhan juta rupiah setiap kali musim panen. Pasarnya juga sangat luas. Tidak hanya pasar domestik, tapi juga pasar ekspor.

Anna Lutfie memang tidak menjadikan bertanam durian sebagai agenda tunggal. Ia mengemasnya dalam konsep integrated farming –One Zone Ten Product Berbasis Desa dengan Teknologi Tepat dan Digital. Di kebunnya yang sekarang, selain durian, ada ternak ikan dan domba. Kotoran dan air ternaknya menjadi sumber pupuk.

Ia selalu tampak semangat dalam menceritakan gagasan barunya itu. Beberapa kali ia tampak sambil menangis ketika menceritakan perjuangannya untuk menjadi petani di desa dan bagiamana perlunya membuat gerakan untuk mengangkat derajat mereka. ”Sungguh, pemerintah harus hadir secara serius,” tegasnya.

Kategori :