Pertanian dan perkebunan seharusnya tidak sekadar menjadi program teknokratis dan birokratis pemerintah. Saatnya untuk menjadi gerakan. Tidak harus melalui pembukaan lahan baru jutaan hektare. Tapi, cukup dengan memanfaatkan lahan pekarangan masyarakat. Hanya perlu pengorganisasian dan pengklusteran.
Dibutuhkan makin banyak orang yang punya kepedulian. Yang bisa membina dan meyakinkan mereka untuk bertani dengan cara nonkonvensional. Sekaligus menjadi offtaker alias penampung hasil perkebunan dan pertanian yang bernilai ekonomi tinggi. Kalaupun perlu ada cawe-cawe pemerintah, barangkali bisa menjadi penyedia bibit untuk warga di desa.
Kenapa harus menjadi gerakan? Biar kita tidak seperti tikus mati di lumbung beras. Biar tak menjadi bangsa yang dulunya pengekspor menjadi pengimpor. Juga, biar tak dikenal sebagai negara yang berkali-kali gagal ketika ingin berswasembada pangan.
Tentu tak hanya menjadikan bertanam durian sebagai gerakan. Komoditas bernilai ekonomi lainnya bisa menjadi bagian dari konsep integrated farming berbasis desa dan menjadi gerakan lainnya. Sebagai terobosan lain mengatasi kemiskinan di desa dan alternatif membuka lapangan pekerjaan baru.
Mosok gak isok, Rek! (*)