BACA JUGA:Evolusi Tren Pernikahan Minimalis: Sederhana, Bermakna, dan Tak Lekang oleh Waktu
Keberhasilan pernikahan itu sangat bergantung pada berbagai faktor yang saling terkait. Motivasi awal pernikahan menjadi salah satu penentu utama.
Pernikahan lavender adalah pernikahan antara pria dan wanita yang salah satu atau keduanya memiliki orientasi seksual nonheteroseksual. --Pinterest
Jika didasarkan pada kesepakatan yang jelas dan saling menguntungkan, kemungkinan kelanggengan pernikahan akan bertahan lebih lama.
Namun, jika pernikahan dipaksakan atau didasari kebohongan, risiko perceraian akan meningkat.
BACA JUGA:Undang-undang Pernikahan Sesama Jenis Disahkan, Lebih dari 100 Pasangan Menikah Massal di Thailand
Komunikasi antara pasangan juga krusial. Kemampuan untuk berbicara terbuka dan jujur tentang kebutuhan dan harapan masing-masing akan memperkuat hubungan.
Sebaliknya, kurangnya komunikasi dapat memicu ketegangan dan ketidakbahagiaan.
Perubahan sosial, terutama peningkatan penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+, dapat memengaruhi keputusan pasangan.
BACA JUGA:Bring Back the Spark Hidupkan Kembali Romansa dalam Pernikahan
Individu yang merasa lebih bebas untuk mengungkapkan identitas aslinya mungkin memilih untuk mengakhiri pernikahan lavender.
Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi juga dapat menjadi pemicu perpisahan.
Keinginan akan keintiman dan hubungan romantis yang otentik sering menjadi faktor penentu.
BACA JUGA:Pesan Papa Vior untuk Pernikahan Nita Vior dan Vincent Kosasih
Namun, tidak semua pernikahan lavender berakhir dengan perceraian. Beberapa pasangan mungkin memiliki tujuan bersama. Seperti mempertahankan status sosial atau bisnis, yang membuat mereka tetap bersama.
Kehadiran anak juga dapat memperkuat ikatan, meskipun menambah tekanan dan komplikasi.