Nama "biryani" berasal dari bahasa Persia beryān, yang berarti "goreng" atau "panggang."
BACA JUGA: Refleksi Diri: Menyambut Ramadhan dengan Hati yang Bersih
Hidangan itu dibuat dari nasi basmati yang dimasak bersama rempah-rempah, daging seperti ayam, kambing, atau sapi, serta sering ditambahkan telur atau kentang.
Terdapat beberapa teori mengenai asal-usul biryani. Salah satunya menyebutkan bahwa hidangan itu berasal dari Persia.
Nasi biryani kemudian diperkenalkan ke anak benua India oleh pedagang serta penakluk Muslim.
Sementara itu, teori lain menyatakan bahwa biryani berkembang di India Selatan, dengan akar yang berasal dari hidangan tradisional "Oon Soru" atau makanan satu panci.
BACA JUGA: The Southern Hotel Gelar Back to School, Rayakan Natal dan Tahun Baru
Dalam proses memasaknya, biryani menggunakan berbagai rempah-rempah khas. Seperti minyak samin, jintan, cengkih, kapulaga, kayu manis, daun salam koja, ketumbar, daun mint, jahe, bawang bombay, dan bawang putih.
Nasi Biryani ala Indonesia: Perpaduan rempah yang kaya dan tekstur pulen, hasil kreasi Chef Sarto di Southern Hotel Surabaya. -Almira Kayla-Harian Disway
Selain itu, beberapa variasi biryani juga menambahkan bahan dengan rasa asam dan manis untuk memperkaya cita rasa. Salah satunya adalah kismis.
Kismis memberikan perpaduan rasa manis alami yang berpadu harmonis dengan rempah-rempah dalam biryani.
Selain itu, beberapa daerah juga menggunakan perasan jeruk lemon atau jeruk nipis untuk menambah keseimbangan rasa.
Di Timur Tengah, biryani sering disajikan bersama daging domba yang memiliki kadar lemak tinggi.
Sehingga minuman berbahan dasar asam seperti timie hindie kerap disajikan sebagai pelengkap. Untuk membantu menetralisir lemak tersebut.
Dengan perpaduan rempah-rempah yang kaya serta tambahan rasa asam dan manis, biryani menjadi hidangan yang tidak hanya lezat. Tetapi juga mencerminkan pengaruh budaya dari berbagai wilayah. (*)