HARIAN DISWAY - Chef Sarto, Executive Chef The Southern Hotel Surabaya, menjelaskan bahwa nasi biryani memiliki patennya sendiri. Yakni dari negara asalnya.
Namun, ketika dibuat dengan cita rasa Indonesia, ada beberapa penyesuaian yang dilakukan.
"Nasi biryani kalau patennya sudah ada dari sana. Tapi kalau kita bicara soal rasa yang lebih cocok untuk lidah orang Indonesia, ada beberapa perubahan yang harus dilakukan," ujarnya.
Salah satu penyesuaian itu adalah dalam proses memasak nasi. Chef Sarto menjelaskan bahwa dalam resep aslinya, tekstur nasi cenderung lebih peroh (kering dan terpisah).
Sementara di Indonesia, banyak orang lebih menyukai nasi yang lebih pulen.
BACA JUGA: The Southern Hotel Surabaya Rugi Rp 400 Juta Usai 5 Kegiatan Pemerintah Dibatalkan
"Kalau patennya dari sana, nasinya terlalu peroh. Jadi, cara masaknya kami ubah. Yang seharusnya hanya memakai air 1 liter, kami tambahkan jadi 1 sampai satu setengah liter," ujarnya.
Selain itu, meskipun rempah yang digunakan masih mengikuti resep aslinya, ada sedikit penyesuaian pada rasa.
"Biryani yang asli eggak pakai gula sama sekali. Sedangkan di sini kami tambahkan sedikit gula. Biar lebih cocok dengan lidah orang Indonesia," jelasnya.
Proses memasak nasi biryani yang disesuaikan untuk lidah Indonesia, dari takaran air hingga sentuhan rasa manis. -Almira Kayla-Harian Disway
Untuk daging, di negara asalnya, biasanya dimasak dengan cara dioven. Namun, di Indonesia, teknik memasaknya diubah. Supaya lebih sesuai dengan kebiasaan lokal.
BACA JUGA: Resep 1 Bumbu Serbaguna untuk Menu Bakaran Tahun Baru
"Kami memasaknya dengan api kecil. Istilahnya di-simmering (dimasak perlahan)," katanya.
Meskipun tekniknya mirip dengan rendang, Chef Sarto menegaskan bahwa hidangan itu tetap memiliki ciri khas nasi biryani dengan sentuhan rasa Indonesia.
Nasi biryani adalah hidangan khas Asia Selatan yang terkenal. Terutama di India dan Pakistan.