Masjid Ikon Surabaya (5): Sukses dengan Model Direksi, Kini Buka Cabang di Dua Kota

Rabu 05-03-2025,17:51 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Mohamad Nur Khotib

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (1): Pesona Arsitektur Al Akbar Menyambut Ramadan

Rama terkenang dengan perjuangannya memakmurkan masjid. Dulu, katanya, mereka hanya mampu menyediakan paling banyak 40 porsi makanan. Itu pun tak ajeg setiap hari. Haya 2-3 kali setiap pekan. Kini, bisa ratusan porsi per hari.

Pengorganisasiannya pun tidak seperti sekarang. Dulu, hanya mereka berdua yang menjadi pengurus tetap. Mengakali kekurangan personel, mereka berdua sepakat untuk membuka pendaftaran sukarelawan. 

Beberapa minggu berjalan, Rama dan Ibra kesulitan mengkoordinasikan mereka. Para sukarelawan silih berganti akibat ketidaksamaan visi-misi dengan mereka. “Maklum, sukarelawan singkatannya kadang suka rela, kadang suka melawan," ujarnya lantas terkekeh.

BACA JUGA:Masjid Istiqlal Sediakan Hotel Gratis untuk Musafir Selama Ramadan

Beberapa dari sukarelawan yang bertahan satu-persatu mulai diangkat ke jajaran direksi. Perlu proses panjang untuk itu. Juga harus memenuhi beberapa kualifikasi. “Kami punya standar sendiri. Tidak semua sukarelawan yang setia diangkat menjadi jajaran direksi,” tegasnya. 

Pertama, etos kerja dan keteguhan hati untuk mengurus masjid. Hal itu bisa dipenuhi ketika mereka mampu mengerjakan urusan kerja lapangan dengan tekun. “Mereka harus mau dan tawakal saat merapikan sandal, menyapu lantai, dan melayani para tamu di sini selama beberapa bulan,” tambah Rama. 

Menurutnya, dengan pekerjaan sepele itu justru kepribadian mereka akan bertumbuh. Ego keangkuhan mereka akan perlahan terkikis.

BACA JUGA:6 Amalan Utama yang Dianjurkan di Bulan Ramadan

Kedua, latar belakang keluarga. Bagi Rama, keluarga juga faktir yang sangat penting. Apalagi pendidikan dan ajaran dalam keluarga sangat memengaruhi bagaimana kepribadian sukarelawan. 

Dengan kedua syarat tersebut bagian-bagian direksi mulai terbentuk. Ada lima bagian direksi yang terbentuk: Baitullah, Baitul Qur’an, Baitul Maal, Baitul Syi’ar dan Baitul Muamalah. Kelima bagian direksi itu punya tugasnya masing-masing.

Tentu, sistem organisasi masjid yang bermodel direksi itu berbeda sekali dengan masjid yang masih menggunakan sistem tradisional.

BACA JUGA:Tip Kurangi Risiko Asam Lambung Kambuh Saat Puasa Ramadan

“Masjid Pemuda Indonesia tidak melibatkan langsung masyarakat dalam keputusan. Semua langkah dipegang oleh direksi dan masyarakat bersifat seperti konsumen yang hanya menerima manfaat,” jelasnya. 


Jamaah mengambil menu takjil sebelum buka puasa bersama di halaman Masjid Pemuda Indonesia, Senin sore, 3 Maret 2025.-Moh. Sahirol Layeli-Harian Disway-

Meski begitu para pengurus sangat terbuka pada saran dan kritik dari masyarakat. Dengan strukturisasi yang lebih modern, Masjid Pemuda Indonesia berkembang sangat pesat. Mereka akhirnya membentuk yayasan dengan nama yang sama.

Kategori :