Hebatnya, setelah berbulan-bulan identitas mayat tak terungkap, polisi bekerja sama dengan The University of Liverpool di Liverpool, Inggris. Di sana ada face laboratory. Dan, berdasar laporan antropolog soal usia perempuan yang jadi mayat, para ahli di lab tersebut bekerja sama merekonstruksi wajah mayat yang sudah rusak.
Terbentuk lukisan wajah. Perempuan cantik kaukasoid, berwajah oval, karakter dagu dan rahang berciri perempuan sangat tegas. Difoto. Lalu, disebarkan ke masyarakat. Termasuk dipublikasikan di BBC News. Juga, di medsos. Luar biasa hebat mereka melakukan terobosan.
Detektif Louise Edwards: ”Kami, kepolisian, bertekad untuk menyatukan dia kembali dengan keluarga dan ditemukan orang-orang yang akan merindukan. Seseorang di luar sana pasti tahu siapa dia.”
Tapi, ya… itu tadi. Dari penemuan mayat 21 Maret 2024 sampai dengan publikasi BBC, 29 November 2024, identitas mayat belum terungkap meski rekayasa wajahnyi sudah demikian terperinci.
Dia (di Sungai Mersey) dan dia (di Sungai Kalimalang) bisa siapa saja. Di kota besar Jakarta atau Manchester, pasti banyak orang yang sudah putus komunikasi dengan keluarganya. Mungkin dia berasal dari desa yang bermigrasi ke kota besar, lalu tidak komunikatif dengan keluarga.
Tapi, kalau di Indonesia, penyebabnya bisa saja anggota keluarga tidak membaca berita media massa tentang penemuan mayat itu. Juga, tidak menyimak medsos. Sebab, tingkat literasi warga kita sangat rendah.
Kendati, polisi masih menunggu laporan masyarakat. Dari pengungkapan identitas mayat, barulah polisi menyelidik, adakah unsur kriminal atau tidak. (*)