Disebutkan, di seluruh dunia, satu dari tiga anak berkonflik terkait persaingan dengan saudara, baik yang berhubungan darah maupun tidak (saudara tiri). Apalagi, antarsaudara ipar, tingkat persaingan lebih tinggi dan lebih banyak lagi.
Mereka bersaing sekadar memperebutkan perhatian atau penghargaan dari orang tua atau mertua.
Anak-anak peka terhadap perbedaan perlakuan orang tua sejak usia setahun. Lalu, di usia 18 bulan, saudara kandung dapat memahami aturan keluarga dan tahu cara menghibur dan bersikap baik satu sama lain.
Di usia 3 tahun, anak-anak memiliki pemahaman yang canggih tentang aturan sosial, dapat mengevaluasi diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan saudara kandung mereka, dan tahu cara beradaptasi dengan keadaan dalam keluarga. Kebanyakan ortu tidak menyadari itu. Kebanyakan menganggap anak usia 3 tahun belum mengerti apa-apa.
Kepada saudara kandung di masa kanak-kanak, mereka dekat secara fisik dan emosional jika dibandingkan dengan kedekatan mereka dengan orang tua. Persaingan antarsaudara lebih menonjol ketika usia anak-anak itu berdekatan dan berjenis kelamin sama dan/atau ketika satu atau beberapa anak memiliki bakat intelektual yang menonjol.
Berdasar urutan kelahiran, anak lebih tua merasa lebih berhak mengatur adiknya.
Perkelahian antarsaudara kandung sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang tua dapat meningkat pada masa remaja. Satu penelitian menemukan bahwa tingkat persaingan tertinggi antarsaudara kandung terjadi antara usia 10 sampai 15 tahun.
Persaingan itu berlangsung sejak kanak-kanak sampai dewasa, menikah, dan mereka sama-sama tua. Setelah menikah, konflik terkait persaingan melebar ke antarsaudara ipar.
Tujuannya sama, ingin mendapat perhatian lebih dari mertua. Yang satu menjelekkan yang lain. Orang yang dijelekkan kemudian membalas. Terjadilah konflik.
Penyebab konflik, menurut Kyla Boyse dari University of Michigan, setiap anak dalam keluarga bersaing untuk menentukan siapa mereka sebagai individu dan ingin menunjukkan bahwa mereka terpisah dari saudara kandung mereka.
Anak-anak mungkin merasa mereka mendapatkan perhatian, disiplin, dan responsivitas yang tidak seimbang dari orang tua mereka.
Anak-anak paling banyak berkelahi dalam keluarga di mana tidak ada pemahaman bahwa perkelahian bukanlah cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan konflik. Apalagi, kalau ortu mereka membiarkan konflik terjadi. Atau, ortu memang pilih kasih.
Persaingan menyurut ketika mereka tua. Setidaknya sekitar 80 persen saudara kandung yang berusia di atas 60 tahun menikmati hubungan yang dekat. Tapi, sekitar 20 persen masih berkonflik.
Di kasus pembunuhan Muslikin persis seperti digambarkan Sara. Ditilik dari segi usia, korban dan pelaku sama-sama belum usia 60 tahun, seperti ditulis Sara. mereka masih getol-getolnya konflik. Berakhir dengan pembunuhan.
Meski nyaris semua orang menyadari potensi konflik antarsaudara atau saudara ipar, konflik terus saja terjadi pada siapa pun. Tapi, dari sini setidaknya orang yang berkonflik dan konfliknya belum meledak bisa mereduksi persaingan. Agar terhindar dari pembunuhan. (*)