SURABAYA, HARIAN DISWAY – Halaman Aula Maria Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya sudah dipenuhi pengunjung sejak Selasa pagi, 11 Maret 2025.
Uskup Surabaya, Monsinyur Agustinus Tri Budi Utomo atau yang akrab dipanggil MoDik membagikan kisahnya. Bukan soal doktrin gereja atau tugas penggembalaan. Melainkan tentang goresan warna di atas kanvas.
MoDik, pria kelahiran Ngawi, 12 April 1968, menggelar pameran tunggal bertajuk Bishop's Love Affair. Sebuah tajuk yang nyeleneh untuk seorang pemuka agama. Namun, bagi MoDik, seni adalah jalan lain untuk menceritakan kebaikan Tuhan.
Talkshow pun dimulai. Bersama Pendiri Surabaya Heritage Society, Freddy H. Istanto, MoDik berbagi cerita. Perjalanan seni lukisnya tak datang dari ilham yang jatuh dari langit. Ada proses panjang yang membentuknya.
BACA JUGA:Bishop’s Love Affair, Perjalanan Iman Uskup Agustinus Tri Budi Utomo dalam Lukisan
BACA JUGA:Ibadah Vesper Sore Jelang Tahbisan Uskup Surabaya, Uskup Purwokerto puji Motto Tahbisan Modik
Suasana talkshow yang berlangsung di depan Aula Maria Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya pada Selasa, 11 Maret 2025. -Alfi Kirom-HARIAN DISWAY
“Dulu, rumah saya ber cat kapur, bukan cat tembok seperti sekarang,” kenangnya. Saat hujan deras, air merembes ke dinding dan membentuk pola-pola aneh. Corak yang menyerupai ranting pohon kering itu membuat bocah kecil yang sering dipanggil Didik terkesima. Ia lalu menyalinnya di kertas.
Orang yang pertama kali mendukungnya adalah sang ayah, seorang guru. “Waktu itu, ayah sering membuat alat peraga mengajar. Ia menggambar sketsa benda, tumbuhan, dan hewan. Setelah itu, saya yang menebalkan dengan tinta,” ujar MoDik. Dari situlah tangannya terbiasa menggenggam kuas dan spidol.
Ketertarikannya pada seni semakin menguat saat ia kasmaran. “Saya pernah menggambar wajah Lilik, teman sekelas yang saya suka,” ujarnya sambil tertawa.
Karena tak ada foto seperti sekarang, ia menggambar dari ingatan. Wajah Lilik pun ia tempel di dalam lemari bajunya. “Jadi setiap buka lemari, wajahnya kelihatan,” selorohnya. Nostalgia itu mengundang tawa hadirin.
BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (2): Pendakian yang Ubah Hidup
Perjalanan seninya terus berlanjut. Setelah lulus SDN Karangnongko 1, ia melanjutkan ke SMP Negeri Sine. Di sana, seorang guru seni budaya mengajarkannya membuat komik. Semakin ke sini, kecintaannya pada seni kian dalam.
Titik baliknya terjadi di SMAK St. Louis Madiun. Guru seni budayanya adalah lulusan Sarjana Seni Budaya. “Saya dikenalkan pada banyak aliran. Kubisme, pointilis, realisme… semua saya coba,” katanya. Dari sinilah, ia menemukan makna cinta yang kemudian menjadi dasar pameran tunggalnya.
MoDik sadar, judul Bishop Love Affair bisa menimbulkan tanya. Affair kerap dikaitkan dengan perselingkuhan. Namun, baginya, affair adalah selingan. Sesuatu yang menggebu, tapi bukan prioritas utama. “Lukisan ini selingan saya. Karena ‘istri’ saya adalah tugas gerejawi,” ucapnya.
Ada makna lain yang diungkap oleh pria yang kini berumur 56 tahun itu. Affair dalam tajuk pamerannya juga mengacu pada hubungan dengan Tuhan. "Selingkuh yang diperbolehkan itu hanya satu, yaitu dengan Tuhan," ungkapnya.